Pagi ini, seperti rencanaku semalam, aku lari pagi di alun-alun Pacitan. Hari Minggu memang banyak orang beraktivitas disana. Ada kelompok senam lansia yang rutin melakukan senam dilapangan basket dan lapangan voli disisi utara alun-alun. Terlihat beberapa orang lari mengitari alun-alun, ada yang hanya berjalan dan bersepeda, dan beberapa orang yang menjajakan dagangannya, bubur, nasi berkat dan makanan-makanan ringan.Titik start ku tepat di depan gerbang Masjid Agung. Empat putaran saja cukup, pikirku.
Namun, saat mendekati putaran keempat kudengar ada bapak-bapak yang sudah enam putaran. Tak mau kalah dengan bapak itu, kulanjutkan lagi lariku. Tepat diputaran keenam kuubah lariku jadi berjalan, mendinginkan suhu tubuh yang sudah bercucuran keringat.
Berat memang bagiku enam putaran itu, apalagi aku sudah mulai jadi perokok aktif. Disaat seperti itulah aku berniat untuk berhenti merokok, tapi selama ini hanya angan-angan saja.
Alun-alun sudah mulai ramai, kuputuskan untuk kembali ke kos, mandi dan mencuci beberapa pakaian kotor.
Diperjalanan pulang aku mendahului bapak-bapak. Bapak itu pakai sarung, baju koko dan songkok. Mungkin bapak itu baru pulang selepas subuhan di Masjid Agung. Belum sempat aku menyapa, bapak itu sudah senyum dan menyapa lebih dulu.
"Assalamualaikum" kata bapak itu.
"Waalaikumsalam" jawabku seraya mengulurkan tangan bersalaman dengannya.
"Rumahnya mana mas" tanya bapak itu.
"Saya kos disini pak, asli saya Grobogan Jawa Tengah"
"Kos dimana?"
"Jalan dr. Wahidin pak, pertigaan itu belok kanan. Lha bapak rumahnya dimana?"
"Saya asli jerman mas"
"Jejer kauman ya pak" jawabku sambil tertawa
"Betul mas"
Sepengetahuanku, kauman adalah wilayah dimana warga muslim tinggal. Biasanya dekat alun-alun dan masjid besar.
Tiba-tiba saja bapak itu bercerita Masjid Agung yang ada disebelah kiri kami sekarang sudah berubah dari yang pertama kali dibangun. Beberapa kali renovasi yang dilakukan mengubah konsep bangunan awal Masjid Agung yang menurut bapak itu seharusnya bagian dalam dari masjid tidak boleh berubah. Tetapi saat ini semuanya berubah.
Mendekati pertigaan aku berpamitan. Bapak itu menghentikan langkahnya.
"Sudah menikah belum mas?"
"Belum pak"
"Kelahiran tahun berapa?"
"94 pak"
"Oh... Ya sudah, ayo sering-sering ke masjid, kumpul sama orang-orang soleh, biar didoakan cepat dapat wanita solehah"
"Aamiin..."
Aku belok kanan, bapak itu lurus, kami berpisah, tanpa kutahu siapa namanya dan dimana rumahnya. Kuharap kami bisa bertemu kembali, untuk berkumpul dengan orang-orang soleh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H