Mohon tunggu...
Dimas Agus Hairani
Dimas Agus Hairani Mohon Tunggu... Administrasi - Man Jadda Wajada

S1 Manajemen Unesa | S2 Sains Manajemen Unair | Part of LPDP_RI PK 163

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Arti "Baru" bagi Seorang Muslim

8 Januari 2021   16:47 Diperbarui: 8 Januari 2021   17:09 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tidak ingin sesuatu yang baru, seperti baju baru atau gadget baru. Baru yang dimaksud di sini adalah sesuatu yang tidak sama dengan yang sudah dimiliki sebelumnya namun dengan catatan lebih bagus daripada sebelumnya. 

Jadi yang dimaksud baju baru adalah seseorang memiliki baju yang lebih baik daripada baju yang sebelumnya telah dia miliki. Ketika dia memiliki baju lagi namun sama saja atau justru lebih jelek daripada baju sebelumnya, maka tidaklah dikatakan itu baju baru. 

Maka sesuatu dikatakan baru adalah ketika itu mendatangkan kesenangan hati karena barang itu memiliki kebagusan daripada barang yang lama. Itulah makna “baru”.

Lantas, apakah baru hanya melekat pada barang ?. Imam Al Ghazali pernah mengatakan “siapa yang hari ini lebih baik daripada kemarin maka dia orang yang beruntung, siapa yang hari ini sama saja dengan hari kemarin maka dia orang yang merugi, dan siapa yang hari ini lebih buruk daripada hari kemarin maka dia orang yang celaka. 

Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Imam Al Ghazali tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa “baru” tidak hanya melekat pada barang, tapi juga selain itu, yakni suatu perilaku, atau mungkin sikap, atau bisa juga suatu pemikiran, dan yang lainnya. 

Singkatnya, “baru” tidak hanya digunakan untuk menjelaskan barang baru, namun hal-hal lain yang mana ketika sesuatu itu memiliki nilai kebagusan daripada yang sebelumnya maka dapat dikatakan itu adalah sesuatu yang baru. 

Maka seseorang yang hari ini bertambah pengetahuannya, atau bertambah elok perilakunya, yang tadinya apatis terhadap lingkungan kemudian menjadi orang yang peduli lingkungan misalnya, maka dapat dikatakan orang tersebut memiliki sesuatu yang baru.

Saat ini, kita telah memasuki tahun “baru”, yakni tahun 2021 Masehi. Tahun baru berarti tahun ini harusnya menjadi tahun yang lebih baik dari pada tahun-tahun sebelumnya. Saat ini pun kita masih berhadapan dengan Covid-19. Lantas bagaimana tahun baru 2021 dapat menjadi tahun yang baru sesuai dengan hakikat “baru”, yakni sesuatu yang lebih baik daripada yang sebelumnya ?.

Tentunya yang pertama adalah ikhtiar yang terus dilakukan untuk memutus mata rantai Covid-19 harus dilakukan. Upaya-upaya ini jika terus menerus dilakukan dengan tekun dan disiplin insyaallah akan membuahkan hasil yang baik juga. Kita memang tidak bisa melihat hasilnya dalam tempo yang dekat. 

Namun, lambat laun hasilnya akan dapat kita rasakan ketika upaya pencegahan dilakukan dengan maksimal. Selain itu, sebagai seorang muslim, di tahun baru yang kita masih diuji dengan Covid-19 ini, hendaknya selain ikhtiar yang maksimal, kita juga bertawakal yang maksimal.

Tawakal bukan berarti kita pasrah, namun tawakal adalah kembali kepada Allah dengan terus menerus melibatkan Allah dalam aktivitas keseharian kita. Tawakal memiliki arti menyerahkan, mempercayakan atau mewakilkan semua aktivitas kita kepada Allah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun