Mohon tunggu...
Dimas Agus Hairani
Dimas Agus Hairani Mohon Tunggu... Administrasi - Man Jadda Wajada

S1 Manajemen Unesa | S2 Sains Manajemen Unair | Part of LPDP_RI PK 163

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mencintai Tanah Air Sebagian dari Iman

16 Februari 2019   11:08 Diperbarui: 16 Februari 2019   12:25 3168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: fabelio.com/di olah oleh penulis

Hubbul Wathan Minal Iman (Mencintai tanah air adalah sebagian dari iman). Dalam sejarahnya, kalimat ini banyak yang menganggap berasal dari hadits. Namun, banyak sekali perbedaan pendapat mengenai hal itu, seperti yang disampaikan oleh Nasiruddin Al-Albani atau Jamaluddin al-Qasimi. 

Namun banyak ulama yang lebih mengambil inti sari dari pemaknaan kalimat tersebut, seperti yang disampaikan oleh Ibnu Hajar al-Asqalani, ulama pensyarah Sahih al-Bukhari atau Abdurrahman as-Sakhawi yang mengatakan kalimat tersebut belum ditemukan sumber haditsnya, namun maknanya sahih (dipraktekkan oleh Rasulullah di zaman Rasulullah). 

Pada kesempatan kali ini bukanlah hal tersebut yang akan dibahas, namun lebih memahami secara mendalam bagaimana menjadikan iman seorang muslim semakin bertambah dengan mencintai tanah airnya.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Abdurrahman as-Sakhawi yang mengatakan walaupun kalimat Hubbul Wathan Minal Iman belum ditemukan sumber haditsnya, namun mencintai tanah air telah dipraktekkan oleh para sahabat dan Rasulullah. 

Dalam sebuah hadits Shahih Bukhari Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam pernah berdoa yang artinya, “Ya Allah, jadikan kami mencintai Madinah seperti cinta kami kepada Makkah, atau melebihi cinta kami pada Makkah.” (HR al-Bukhari 7/161). 

Dari hadits tersebut sangat jelaslah bahwa Rasulullah dan para sahabatnya mencintai tanah airnya, yaitu Makkah sebagai tanah kelahiran beliau, dan Madinah sebagai tempat beliau hijrah.

Hubbul Wathan Minal Iman sendiri merupakan konsep yang pernah digagas oleh KH. Abdul Wahab Chasbullah pada tahun 1934. Beliau adalah seorang ulama pendiri Nahdatul Ulama. Beliau diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Bapak Presiden Jokowi di tahun 2014. 

Beliau jugalah yang mengarang syair “Ya Lal Wathon” pada tahun 1934. Apabila kita menoleh ke belakang untuk melihat sejarah berdirinya bangsa ini, akan banyak sekali kita temukan para ulama dan para santri yang berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia. 

Hingga terbentuklah kekuatan-kekuatan para muslim pada waktu itu untuk mengalahkan penjajah, misalnya seperti Resolusi Jihad 1945 yang kemudian saat ini kita peringati sebagai Hari Santri Nasional setiap tanggal 22 Oktober.

Menoleh jauh kebelakang lagi yaitu melihat suri tauladan kita, Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam dan para sahabatnya juga mencontohkan bagaimana beliau mempertahankan agama dan tanah airnya dari para penjajah atau kelompok musuh. 

Salah satu bentuk konkrit yang bisa kita pelajari adalah dari pencetusan Piagam Madinah (Mitsaq al-Madinah) di tahun 622 M/12 Ramadhan 1 Hijriah. Sebuah konstitusi tertulis pertama di dunia yang mendahului Magna Carta (Piagam Besar) tahun 1215 yang kemudian menjadi landasan bagi Konstitusi Inggris. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun