Mohon tunggu...
Dimas Bagus Aditya
Dimas Bagus Aditya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Mengkritiklah sebelum mengkritik itu dilarang!

Alumnus SMA Negeri Jogoroto, Jombang. Mahasiswa S1 Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mewujudkan Wisata Toleransi di Kabupaten Jombang

13 September 2021   10:42 Diperbarui: 13 September 2021   10:41 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang. Sumber: ngopibareng.id

Berbicara tentang Jombang, tentu yang terlintas dibenak kita adalah sebuah kabupaten yang dikelilingi oleh pondok pesantren. Hal ini juga didukung oleh pameo yang beredar dimasyarakat mengatakan bahwa Jombang merupakan pusat pondok pesantren di Jawa. Ucapan ini tak begitu mengherankan karena Jombang acapkali disebut sebagai kota santri. Meskipun demikian, kota kelahiran Gusdur ini juga memberikan ruang kebebasan bagi agama lain. Tentu bila kita belajar sejarah kekristenan tak lengkap rasanya bila tak berbicara mengenai Mojowarno.


Mojowarno adalah sebuah kecamatan diselatan Kabupaten Jombang. Perlu diketahui, Mojowarno adalah pusat kekristenan Jawa pada masa kolonialisme Belanda. Bukti-bukti otentik yang memperkuat Mojowarno sebagai pusat kekristenan Jawa dapat dilihat di bangunan tua GKJW Mojowarno, Rumah Sakit Kristen Mojowarno, dan Tradisi Riyaya Undhuh-Undhuh Mojowarno. Bahkan sekitar tahun 1930-an, Mojowarno sempat dinobatkan sebagai pusat kantor GKJW sebelum dipindah ke Malang. Tentu hal ini cukup unik mengingat Jombang adalah pusat pesantren di Jawa tapi dilain sisi Jombang adalah pusat kekristenan pada masa kolonial.


Seharusnya potensi wisata toleransi itu dikembangkan oleh Kabupaten Jombang, tetapi malahan potensi itu dibiarkan tanpa ada penanganan lebih lanjut. Padahal potensi pengembangan wisata toleransi di Jombang cukup lebar. Mengingat Taman ASEAN dibangun di Jombang, tentu hal ini akan menambah nilai plus tersendiri bagi Jombang sebagai kota santri yang mengedepankan toleransi. Pembangunan Taman ASEAN tentu tak terlepas dari Jombang yang memiliki image sebagai kota santri, tapi dilain sisi juga sebagai kota toleransi.


 Hal lain yang menunjang pengembangan wisata toleransi di Jombang ialah sebuah kampung Kristen yang berdiri tepat di tengah-tengah kepungan pondok pesantren. Kampung tersebut tak lain dan tak bukan ialah Dusun Bongsorejo, sebuah dusun Kristen yang dikepung oleh 3 pondok pesantren sekaligus. Tentu hal ini sangatlah jarang ditemui dikota-kota lain di Indonesia. Bagaimana mungkin sebuah dusun kristen dikepung oleh 3 pondok pesantren sekaligus?


Dengan adanya Dusun Bongsorejo sebagai kampung Kristen dapat dimanfaatkan untuk menggiatkan wisata toleransi dan menunjukkan Jombang sebagai kota yang benar-benar BERIMAN. Beriman dalam artian meyakini iman sesuai dengan agamanya masing-masing. Lain halnya dengan Dusun Ngepeh, sebuah kampung diselatan Jombang yang masyarakatnya menganut tiga agama sekaligus dalam satu dusun. Meskipun mereka menganut agama yang berbeda-beda, tak sekalipun adanya kericuhan ataupun kekacauan antar pemeluk agama. Bahkan bisa dikatakan pemandangan ini sangatlah jarang ditemui di kota-kota lain di Indonesia.


Oleh karena itu, alternatif yang bisa dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Jombang ialah menggiatkan poster-poster ataupun video mengenai keberagaman masyarakat Jombang terkait dengan agama yang dianut oleh mereka. Selain itu, tour de tolerance juga perlu digaungkan di kota santri. Tour de tolerance adalah sebuah program pengembangan wisata berkonsep jelajah wisata toleransi dengan menggunakan bus. Dalam pengelolaan bus toleransi ini mungkin bisa mencontoh Pemerintah Kota Surabaya dalam pengelolaannya. Hal ini dapat dilakukan mengingat jarak antara Dusun Bongsorejo (Desa Kristen) dengan Pondok Pesantren Tebuireng sangatlah dekat. Bisa juga dengan menggunakan bus tour de tolerance yang menghubungkan antara Pondok Pesantren Tebuireng dengan Desa Mojowarno. Mengingat dua pusat keagamaan ini terbilang cukup dekat.


Tentu dalam pengembangan wisata toleransi itu diperlukan dukungan moriil dan materiil oleh seluruh lapisan masyarakat Jombang. Bukan hanya sokongan dana dari pemerintah saja tetapi juga partisipasi aktif masyarakat Jombang untuk turut andil menyukseskan pengembangan wisata toleransi itu. Tapi lebih daripada itu, dukungan infrastruktur, sarana dan prasarana diperlukan dalam pengembangan ini. Tentu tak mudah mengembangkan wisata toleransi di Jombang. Tapi dengan modal niat dan keinginan untuk mewujudkan Jombang lebih baik tak salahnya kita mencoba. Seperti kata pepatah, sebuah perbuatan tergantung pada niatnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun