Prayer is the last vestige for the superstitious mind. Trevor Karsdale http://www.facebook.com/pages/The-Pain-of-Reason/122889194446833 Trevor Karsdale adalah seorang penulis buku The Pain of Reason dan juga seorang penganjur Atheis paling terkenal. Ia bermain-main dengan persepsi kita dan keacuhan kita akan logika. Seolah-olah seseorang yang mempercayai keberadaan Tuhan seperti seseorang yang putus asa menyerahkan seluruh hidupnya diatas tangan pemilik takdir. Lalu sisanya orang tersebut seperti zombie yang malas dan menunggu nasibnya berubah. Logika yang paling sering diajukan para Atheis bahwa agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan, telah menyebabkan peperangan besar didalam umat manusia yang tak berkesudahan. Keegoisan dan semangat yang paling benar telah memasukkan manusia pada beberapa golongan yang berusaha memusnahkan golongan lainnya yang tidak sepaham dengannya. Lalu kaum Atheis memfitnah orang yang mempercayai Tuhan bahwa kepercayaan terhadap Tuhan adalah sama dengan kepercayaan yang tahayul. Dan kepercayaan terhadap doa adalah kepercayaan sia-sia terhadap pikiran yang depresi. Padahal sebenarnya disini menunjukkan betapa tidak jernih dan obyektifnya cara berpikir kaum Atheis. Kepercayaan terhadap logika dan ilmiah telah membuat Jerman menjadi negara fasis ketika Hitler memutuskan untuk mengambil Teori Evolusi Darwin sebagai dogma Nazi, yang akhirnya menenggelamkan Eropa dalam Perang Dunia kedua. Padahal kaum Atheis mati-matian membela teori penciptaan yang tentu saja menafikan adanya Pencipta itu sendiri. Dan kalau kaum ateis konsisten seharusnya para atheis menganggap Ilmu Psikologi adalah tahayul dan tidak ilmiah. Karena bagaimanakah kita dapat melihat wujud Ego dan Ide manusia itu sendiri? dan superego? Apakah kita akan dapat melihatnya seperti Lalat yang terbang diatas kepala manusia suatu hari nanti dengan bantuan teknologi? Apakah kita merasa bahwa Jiwa adalah sesuatu yang berwujud materi? Padahal sebenarnya kita dapat melihat wujud ego dan ide manusia melalui perwujudan ego dan ide manusia melalui laku tindakan seseorang. Dan bukan melihat wujud langgung dari proses intrapersonal seseorang. Kalau begitu mengapa kita tidak dapat melihat Tuhan melalui perwujudanNya dalam bentuk ciptaanNya. Melalui keajaiban kehamilan seorang wanita, melalui perpindahan malam dan pagi yang begitu cepat, melalui sistem semesta yang begitu tertata. Apakah kaum atheis masih keras kepala berpikir bahwa atom-atom sebagai dasar dari materi berevolusi sendiri dan mengatur dirinya sendiri sehingga semua yang ada didunia ini berjalan sesuai dengan takarannya. “Atheism is more than just the knowledge that gods do not exist, and that religion is either a mistake or a fraud. Atheism is an attitude, a frame of mind that looks at the world objectively, fearlessly, always trying to understand all things.” Carl Sagan (1934-1996) Kaum yang percaya dengan adanya Tuhan dianggap tidak obyektif, penakut dan malas memahami semua hal. Padahal pribadi yang percaya dengan adanya Tuhan adalah sebuah pribadi yang berani mengakui adanya kekuatan luar biasa diatas kekuatannya pribadinya yang seperti tetes air disamudra lepas. Kaum yang percaya dengan Tuhan adalah kaum yang berpikir obyektif bahwa manusia, seperti juga hewan, tumbuhan dan segala sesuatu yang diatas muka bumi ini adalah satu kesatuan yang saling membutuhkan satu dengan lain demi keberlangsungan alam semesta. Mereka adalah pribadi yang obyektif dan sadar bahwa rentang hidup manusia yang jarang lebih dari satu abad tidak akan mungkin mengungguli Penciptanya. Pengetahuan manusia seperti Roller Coaster yang kadang menanjak tinggi hanya untuk menukik tajam turun hingga kedasar dan memulai lagi dari awal. Pengetahuan manusia bukanlah garis lurus berbentuk diagonal dari bawah keatas. Kita telah melihat sendiri melalui sejarah bahwa ada peradaban yang lebih maju sebelum peradaban modern ini, namun mereka semua musnah sebelum sempat mengoper pengetahuannya pada kita. Jangan pernah berpikir bahwa pengetahuan manusia suatu saat nanti akan mengungguli Tuhan suatu saat nanti. Yang kita perlukan adalah kepasrahan yang mempunyai tekad untuk menunjukkan bahwa kita sebagai pribadi yang diciptakan Tuhan mengabdi untuk mengenal penciptanya melalui pengetahuan tentang ciptaanNya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H