Sewaktu libur awal bulan kemarin saya menyempatkan diri mampir ke Amabarawa....sebuah kota pasar yang terletak diantara Semarang dan Salatiga... Kota ini penuh dengan kehangatan dan ketenangan....seolah waktu berjalan lambat dan syahdu disini... Apakah anda pernah mempunyai impian dihari tua nanti....anda akan tinggal disebuah pedesaan dengan sawah-sawah hijau dan pemandangan pegunungan....mungkin Ambarawa bisa menjadi pilihan anda... Pada era kerajaan kerajaan Mataram (Amangkurat II) kawasan ini bernama Limbarawa...mungkin anda bisa membayangkan sebuah pasar besar dikaki gunung dengan kesibukan kuda-kuda dan hasil bumi....seperti di film 'saur sepuh' dulu.... Tapi Ambarawa juga menyimpan beberapa kisah pedih dibalik keindahan pemandangan kotanya... Ambarawa pernah menjadi kamp kerja paksa sewaktu dijaman penjajahan jepang.....konon ribuan orang eropa banyak mati waktu itu... Ambarawa juga pernah menjadi ajang pertempuran antara tentara Indonesia yang waktu itu masih bernama Tentara Keamanan Rakyat dengan tentara sekutu yang diboncengi NICA TKR adalah 'sekuel' PETA - Pembela Tanah Air....tentara bentukan Jepang yang berisi pemuda-pemuda indonesia... Siang itu saya mencoba mengunjungi Museum Palagan Ambarawa dan menikmati kerindangan pepohonannya....ada dua patung yang menarik perhatian saya...mungkin yang satu adalah Letkol. M. Sarbini .....Komandan TKR resimen Magelang, dan satu lagi Letkol. Gatot Soebroto....terlihat dengan ciri khas jenggotn ya...namun saya pernah mendengar bahwa 'the true hero' dari pertempuran ini adalah  Letkol. Isdiman.....dengan pasukannya ia berusaha membebaskan dua buah desa yang dikuasai oleh tentara NICA....namun sayang ia dan pasukannya harus gugur karena kalah persenjataan... Tapi setiap anak sekolah di Indonesia pasti mengenal Jenderal Sudirman.....panglima besar pertama republik ini....beliau bagaikan 'legend general' buat saya.....buku-bukunya tentang gerilya bahkan menjadi panutan tokoh besar dari Chiang Kai-sek hingga para comandante Zapatista..... dengan persenjataan terbatas ia bisa menahan serangan tentara sekutu dengan bermodalkan taktik gerilya...konon beliau juga meniru taktik pertahanan jepang yang membangun base camp didalam gua-gua digunung ungaran... Tapi jgn harap TKR bisa membantai tentara sekutu seperti jepang membantai aliansi di guadalcanal...peluru kita terbatas bos! Lalu tiba-tiba saya menjadi rendah diri dan tak berharga sebagai seorang pemuda Indonesia diibandingkan dengan pemuda-pemuda jaman revolusi....mereka berumur antara 15 sampai 30 tahun harus meninggalkan rumah dan orangtuanya untuk berjuang demi republik...sebuah konsep yg sebenarnya banyak dari mereka sendiri belum begitu paham...tiga abad dijajah dan cuma mengenal bentuk pemerintahan kerajaan...konsep republik sama saja seperti menceritakan konsep World Wide Web ke orang baduy...tetapi mereka tetap membela sampai titik darah penghabisan...mereka tahu bahwa anak-cucu mereka harus merasakan kemerdekaan apapun konsekunsinya.... Saya jadi ingat cerita pendek tentang revolusi yang pernah saya baca dulu....ceritanya tentang seorang pemuda berumur 19-an yang terpaksa ikut berjuang...dia tahu cepat atau lambat belanda akan melumat desanya...dia pernah melihat tentara gurkha (tentara belanda keturunan india) mengacak desa2nya dan membunuh kepala desanya...akhirnya dia memutuskan bergabung dengan tentara pak dirman...konvoy keliling pulau jawa untuk bergerilya...ketika konvoy kembali mendekati desanya ia minta ijin untuk menengok orang tuanya hanya untuk mendapati desanya telah rata oleh serangan sekutu...orangtunya telah tewas...bahkan gadis pujaannya telah mengungsi kelain daerah.....ia harus menerima kenyataan pahit kalau selama ini yg ia perjuangkan (keselamatan keluarganya) menjadi sia-sia... Namun Ambarawa juga menyimpan cerita seru lainnya tentang Mata Hari...."The Greatest Woman Spy". Seorang penari eksotis dan agen mata-mata ganda....nama aslinya Margaretha Geertruidya (Grietje) Zelle... Ia menyimpan sejuta petaka bagi Inggris karena ulahnya ia menyebabkan 15.000 tentara Inggris mati di Perang Dunia I.... yang unik ia sempat dibesarkan di Ambarawa karena ayahnya adalah seorang belanda.... Ambarawa juga mempunyai beberapa tempat spiritual bagi umat Nasrani dengan gua maria'nya dan sebuah klenteng Cina....Tetapi yang paling tidak terlupakan bagi saya adalah toko roti 'Paulin'... toko roti ini menjadi semacam 'landscape' dan penanda bagi penikmat kuliner.... entah sejak kapan toko roti ini ada...namun seingat saya sewaktu ditahun 80-an saya sudah sering diajak kakek saya kesini sehabis beliau mengambil uang pensiunnya.... Demikian sekelumit cerita tentang sebuah kota bernama Ambarawa....semoga anda dapat menikmatinya senikmat memandangi gunung Ungaran dari kota ini....salam dari saya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H