Komunikasi selalu diasosiasikan dengan proses berbahasa. Realitanya apabila berbicara tentang bahasa kita selalu mengaitkanya dengan komunikasi. Seperti ditegaskan lyons dalam siberani bahwa bahasa berperan sebagai alat komunikasi dan merupakan kebernaran yang tidak dapat disangkal lagi, selai itu sulit membayangkan Batasan istilah yang memuaskan tanpa menghubungkannya dengan pengertian komunikasi.
Bahasa merupakan suatu produk budaya suatu bangsa. Bahkan dengan bahasa kita bias mengetahui budaya orang lain. Lebih jauh lagi ada yang mengatakan suatu bangsa tercermin dari budayanya. Cerminan bahasa dan budaya tidak hanya dalam kosa kata kata, pararaf, wacana atau retorika.
1.Bahasa dan kebudayaan
 Batasan bahasa ditegaskan widjonno (2007:15) adalah system lambing bunyi ujuran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh Masyarakat pemakainya. Digunakan dalam berbagai lingkungan, tngkatan dan kepentingan yang beraneka ragam, misalnya komunikasi ilmiah, bisnis, kerja, sosial dan budaya
 Sejala dengan definisi mengenal bahasa, kridalaksana dalam chaer (2003:32) bahasa adalah system lambing bunyi arbitrer yang digunakan oleh kelompok social untuk bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Â
 Sebagai suatu system bahasa sekaligus bersifat sistematis. Artinya bahasa tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak, dengan kata lain, bahasa itu bukan merupakan suatu system yang Tunggal, tetapi dari subsistem, seperti fonologi, morfologi, sintaksisi dan semantic.
 Sedangkan arbitrer disini artinya tidak ada hubungan wajib antara lambing bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud lambing tersebut.
Secara umum fungsi bahasa, yaitu alat komunikasi antar anggota Masyarakat. Dijelaskan Nababan (1993:38), jika dikaji dalam kaitanya dengan Masyarakat dapat dibedakan menjadi empat glongan fungsi, (1) kebudayaan, (2) kemasyarakatan, (3) perorangan, dan (4) Pendidikan. Keempat fungsi tersebut berkaitan, sebab 'perorangan' adalah 'anggota masyarakat' yang hidup dalam Masyarakat itu sesuai dengan pla-pola 'kebudayaan yang diwariskan dan dikembangjan melalui 'pendidikan''.
 Sebagai makhluk social, manusia tidak dapat hidup seorang diri.  Dalam memenuhi kebutuhannya setiap orang memerlukan kerjasama dengan orang lain, terlebih lagi kebutuhan manusia banyak dan beragam. Mereka perlu berkomuikasi dalam berbagai lingkungan ditempat mereka berada
2.Kebudayaan
Hakikat kebudayaan sangat kompleks sehingga para ahli selalu memberikan pengertian, pemahaman dan batasan yang bervariasi. Wilson dalam Siberani (1992:99), mengatakan bahwa kebudayaan adalah pegetahuan yang ditransmisi dan disebarkan secara social, baik bersifat eksistensi, normative maupun simbolis yang tercermin dalam tangka laku dan benda\benda hasil karya manusia.
Sementara Koentjoroningrat merumuskan kerangka kebudayaan memiliki dua aspek, yaitu (1) wujud kebudayaan yang berupa gagasan, prilaku dan kebudayaan fisik yang bersifat" kongkret, (2) isi kebudayaan yang terdiri dari bahasa, system teknologi, system mata pencaharia atau ekonomi, organisasi social, system pengetahuan, system teligi dan system kesenian.
3.Bahasa dalam kebudayaan
Bahasa dan Kebudayaan mempunyai hubungan yang koordinatif, yakni hubungan sederajat yang keduduknnya sangat tinggi. Masinambouw dalam Chaer (1995:217) menyebutkan bahwa kebudayaan dan bahasa merupakan suatu system yang melekat pada manusia. Atau dengan kata lain kebudayaan adalah suatu sistem yang melekat pada manusia mengatur interaksi manusia di dalam bermasyarakat, maka bahasa adalah suatu system yang berfungsi sebagai sarana berlangsung interaksi tersebut.
Tentang hubungan bahasa dan kebudayaan ini juga pernah dibahas oleh: D. Bloomfield, harris da Voegeli dalam Oka (1974:113) Menurut mereka bahasa jika ditinjau dari luar dirinya adalah sebagai alat dan wadah kebudayaan dalam wujud kegiatan berbahasa baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk lisan.
4.Dampak bahasa Budaya asing Â
Dengan era globalisasi saat ini, mudahnya pertukaran informasi menjadi salah tau cara masuknya budaya asing ke Indonesia. Masuknya budaya asing ke Indonesia sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat kita terutama budaya barat, anak-anak remaja Indonesia cenderung lebih menyukai budaya barat yang terkesan bebas.
Tentunya dengan masuknya budaya asing ke kalangan remaja akan merusak dan mengikis nilai nilai moral dan budaya asli Indonesia yang jika dibiarkan mungkin akan perlahan-lahan terlupakan dan tergantikan sepenuhnya oleh budaya asing.
Salah satu contoh masuknya budaya asing dikehidupan sehari hari adalah bahasa, masuknya budaya asing terutama budaya  barat mempengaruhi kebiasaan berbahasa Masyarakat di Indonesia terutama kalangan remaja, banyak dari mereka memodifikasi atau mencampurkan bahasa inggris sebagai pengganti bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari hari, bukti dari pengaruh budaya asing terhadap bahasa Indonesia adalah terciptanya bahasa jaksel.
Bahasa jaksel adalah bahasa Dimana Ketika kita berbicara kita menggunakan bahasa indonesia yang diselingi oleh beberapa kata bahasa inggris.
Tentu hal ini dapat merusak tata cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar, karena tidak sedikit orang yang bungung atau tidak mengerti Ketika mereka berbicara dengan orang yang memakai bahasa jaksel.
5.Kesimpulan
Kesimpulan dari teks di atas adalah bahasa dan kebudayaan berkaitan erat sebagai dua sistem yang bersifat permanen dalam diri manusia, landasan aktivitas sosial. Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan produk budaya masyarakat. Setiap bahasa mencerminkan maknanya, melalui bahasa kita dapat memahami budaya suatu masyarakat. Kebudayaan sendiri mempunyai dua aspek utama: wujud konkrit pemikiran, perilaku dan tubuh, serta isinya, meliputi pengetahuan, teknologi, ekonomi, sistem sosial, agama, dan seni.
Dalam kondisi globalisasi, masuknya budaya asing, khususnya budaya Barat, mempengaruhi pemikiran dan adat istiadat masyarakat Indonesia, termasuk penggunaan bahasanya. Ciri-ciri seperti penggunaan "Bahasa Jakarta Selatan", gabungan bahasa Indonesia dan Inggris, merupakan contoh pengaruh budaya asing terhadap bahasa Indonesia. Hal ini cenderung merusak nilai-nilai budaya dan tata bahasa Indonesia yang baik, khususnya di kalangan generasi muda.