Mohon tunggu...
Dillo Raditya
Dillo Raditya Mohon Tunggu... -

just a ordinary boy with a wonderful life.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Jakarta, The City of Eternal Traffic Jam

30 Oktober 2010   07:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:58 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Jakarta merupakan kota yang sedikit "ajaib". Karena, tidak perlu ada sesuatu pun kemacetan selalu terjadi di Jakarta. Banyak orang menyalahkan pemerintah atas ketidak siapannya menanggulangi kemacetan yang selalu terjadi di Jakarta. Tetapi, apakah sekarang semua penyabab kemacetan dikarenakan pemerintah yang tidak bergerak untuk mengatasi kemacetan? Apakah elemen masyarakat yang tidak taat kepada aturan tidak menjadi salah satu faktor kemacetan Jakarta? Jika kita mencari-cari kesalahan, pemerintah dan masyarakat memiliki kesalahan masing masing. Pemerintah salah karena tanah yang seharusnya menjadi tempat penyerapan air malah dibangun menjadi gedung-gedung pencakar langit tanpa mempedulikan lingkungan. Tetapi pemerintah juga sudah memulai memberikan solusi-solusi untuk mengatasi kemacetan seperti di buatnya transjakarta atau lebih dikenal dengan busway. Elemen masyarakat yang tidak menaati peraturan juga tidak bisa di pungkiri menjadi salah satu faktor penyebab kemacetan di Jakarta. Masyarakat yang melanggar peraturan seperti parkir sembarangan, buang sampah sembarangan juga dapat menjadi penyebab kemacetan. Solusi yang paling benar adalah, dari kedua belah pihak harus saling menjaga dan mencegah bagaimana supaya kemacetan tidak terjadi lagi di Jakarta. Pemerintah seharus nya membatasi pembangunan gedung-gedung dan membangun tempat terbuka seperti taman kota. Masyarakat sebaiknya menaati peraturan-peraturan yang sudah di tetapkan oleh pemerintah. Dengan kerjasama yang baik dari kedua belah pihak, niscaya kemacetan yang terjadi di Jakarta dapat di atasi. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun