Berselancar menelusuri portal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Kemendikbud) serasa memasuki rimba belantara nan luas tak berujung. Begitu banyak dan berlimpah informasi yang tersaji, mulai dari Sejarah Kemendikbud sampai dengan Penyuluhan Bahasa. Ada Delapan Menu di portal utama :
- Tentang Kami (ada 9 sub menu, kemudian salah satu sub menu memiliki 10 sub menu lagi dibawahnya)
- Siswa & Mahasiswa (14 sub menu)
- Guru & Dosen (8 sub menu)
- Orang Tua (4 sub menu)
- Sekolah & Kampus (12 sub menu)
- Budaya & Bahasa (8 sub menu)
- Pemerintah & Daerah (10 sub menu)
- Masyarakat & Mitra (8 sub menu)
Selain ke delapan menu diatas, halaman utama ini juga memuat berbagai informasi publik seperti, berita, siaran pers, pengumuman, menteri menyapa dan banyak lagi. Pastinya akan “tersesat” ketika mencoba menelusuri satu persatu informasi yang tersaji.
Misal, Menu Sekolah dan Kampus, berharap akan menemukan informasi rinci berkaitan dengan jumlah sekolah ataupun kampus negeri serta swasta seluruh Indonesia berikut alamat, kurikulum khas maupun program studi ataupun tautan ke sekolah dan kampus dimaksud, namun informasi ini tidak akan di temukan di menu tersebut, melainkan ada di:
Halaman utama, Menu Guru & Dosen --> Sub Menu: Layanan Sumber Daya Dikti --> Landing Page Dikti --> Menu: Layanan Publik --> Sub Menu: Pembelajaran dan Kemahasiswaan --> Landing Page PDDIKTI --> Menu: Statistik --> Sub Menu: Perguruan Tinggi, barulah sampai di halaman Dafar Perguruan Tinggi (Data perguruan tinggi ini bisa diakses dengan mendownload PDDikti Aplikasi Mobile)
Kalaupun di cari di mesin pencari google, daftar resmi perguruan tinggi keluaran PDDikti ini tidak bisa ditemui di halaman pertama pencarian.
Sedangkan untuk mencari informasi pendidikan menengah ke bawah, pengunjung portal harus mencari di halaman utama pada informasi publik, kemudian pilih Sub Menu Data Pendidikan dan Kebudayaan, barulah sampai pada informasi mengenai statistik pendidikan menengah kebawah.
Namun unik, dengan begitu kompleks dan rumitnya navigasi di portal resmi tersebut, ketika mencoba mencari Sistem serta Alur Pendidikan Indonesia dengan harapan akan terpampang bagan tahapan terstruktur tentang alur serta jenjang pendidikan secara menyeluruh-lengkap dengan keterangan singkat yang menggambarkan proses pendidikan Indonesia, mulai dari usia dini sampai dengan jenjang pendidikan tinggi, saya tidak menemukannya.
Informasi tersebut justru bertebaran di mesin pencari, dengan interpretasi masing-masing pembuatnya berdasarkan undang-undang, regulasi serta peraturan pemerintah, pengalaman pribadi juga fakta pelaksanaan di lapangan serta perubahan kebijakan dan program pendidikan Indonesia yang konstan terjadi.
Kemudian, berselancar kembali menelusuri portal kementerian pendidikan negara-negara Asean. Di antara kesepuluh negara Asean, hanya Indonesia dan Laos yang menggunakan bahasa dan aksara resmi negara, sementara Myanmar dan Kamboja memiliki opsi pilihan bahasa, walaupun secara parsial aksara resmi negara masih tertera di beberapa menu, sementara 6 negara lain telah menggunakan bahasa pengantar internasional dengan informasi yang esensial, lugas dan informatif.
Sejatinya, portal resmi kementerian memberikan gambaran dan informasi pendidikan di suatu negara, yang memandu dan memudahkan siapa pun, baik warga negara maupun dunia internasional yang mengaksesnya agar bisa mendapat gambaran jelas tentang sistem pendidikan suatu negara untuk berbagai kepentingan.
Walaupun portal Kemendikbud tidak serta merta merepresentasikan wajah pendidikan Indonesia, paling tidak gambaran besarnya bisa terlihat disitu.