Sadis Pram, kukata.
Di kota nan jauh di sana kau ibarat burung yang bebas mengepakkan sayap.
Sementara aku bagai burung yang terkurung dalam sangkar milik seorang anak kecil.
Bagai burung yang memimpikan kebebasan mengepakkan sayap dan angkasa luas.
Ah, kau curang Pras!
Aku menuntut temu sementara kau hanya menaruh harapan tanpa temu.
Apakah kau tahu, Pras?
Betapa hati berkecamuk ketika terabaikan.
Apa kau tahu, betapa pilu hati ini terasa ketika membayangkan aku kau tinggalkan.
Pras...masih tentang Pras dan mungkin akan selalu tentang Pras.
Kau menjanjikan titik temu di nol kilometer .