halo sobat! semoga kabar kalian baik ya dan sehat selalu, baiklah disini saya  mengambil salah satu contoh seorang anak yang bisa kita sebut inisialnya saja, sebelumnya ini untuk salah satu tugas MK saya dan mohon maaf apabila ada salah perkataan atau salah hati, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, let's reading!.
FRR adalah seorang anak yang berusia 5 tahun yang menghadapi berbagai permasalahan dalam perkembangan moral dan agamanya. Sebagai seorang anak yang sedang tumbuh, FRR menghadapi beberapa tantangan yang cukup serius, terutama dalam hal pengendalian diri, pengendalian emosi, dan pemahaman nilai-nilai moral yang baik. Salah satu permasalahan utama FRR adalah tidak sengaja meniru kata-kata kasar yang didengar orang disekitarnya. Selain itu, FRR juga menunjukkan reaksi yang sangat emosional, seperti mudah marah dan menangis jika keinginannya tidak dikabulkan. Permasalahan ini erat kaitannya dengan proses perkembangan kepribadian dan moral sehingga memerlukan perhatian khusus dari orang tua dan pendidik. Permasalahan yang dihadapi FRR Salah satu permasalahan yang paling menonjol adalah kecenderungannya meniru kata-kata kasar yang didengarnya dari orang dewasa atau orang disekitarnya. Pada usia 5 tahun, anak sudah sangat peka terhadap apa yang didengar dan dilihatnya. FRR sering mendengar percakapan kasar atau komentar tidak pantas di rumah  saat bermain media social yang tidak sesuai umurnya atau di tempat umum. Tanpa pemahaman yang jelas tentang konteks dan akibat dari komentar tersebut. FRR dengan mudah menirunya, baik di depan keluarga maupun di sekolah. Tentu saja hal ini menjadi masalah karena kata-kata kasar tersebut dapat mempengaruhi perilaku sosialnya dan dapat menyebabkan FRR terkesan kasar atau tidak sopan kepada orang lain. Selain itu, FRR juga sering bereaksi berlebihan terhadap kekecewaan. Jika keinginannya tidak terpenuhi, FRR mudah marah, menangis, bahkan berperilaku agresif seperti menendang dan melempar benda. Hal ini menunjukkan bahwa FRR masih mengalami kesulitan mengelola emosi dan merespons frustrasi dengan cara yang lebih konstruktif. Kondisi ini seringkali menjadi masalah di rumah dan dalam pergaulan dengan teman, karena perilaku tersebut dapat mengganggu hubungan sosial dan menimbulkan stres.
Pertama, pada usia ini, anak banyak belajar melalui peniruan. Mereka cenderung meniru apa yang mereka dengar dan lihat dari orang dewasa disekitarnya. Jika FRR sering mendengar kata-kata kasar atau menghadapi perilaku yang tidak sesuai dengan nilai etika, besar kemungkinan FRR akan meniru perilaku tersebut tanpa memahami akibat atau implikasi negatif dari tindakan tersebut. Kedua, ketidakmampuan FRR mengendalikan emosinya mungkin juga disebabkan oleh perkembangan sosial dan emosionalnya yang masih dalam tahap awal. Pada usia ini, anak belum sepenuhnya mampu memahami dan mengelola emosinya. Saat FRR dihadapkan pada kekecewaan atau frustasi, ia mungkin belum tahu cara mengungkapkan perasaannya dengan cara yang sehat, sehingga ia bertindak agresif atau menangis ketika tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya.
Solusi yang bisa dilakukan Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi FRR diperlukan pendekatan yang bijaksana dan penuh kasih sayang dari orang tua, pendidik dan masyarakat  sekitar FRR Beberapa solusi yang dapat diterapkan untuk FRR berkembang dengan baik adalah sebagai berikut:
- Menciptakan lingkungan yang positif Orang tua dan masyarakat perlu memastikan  FRR tumbuh dalam lingkungan yang mendorong perkembangan Etika dan agama yang positif. Termasuk menghindari penggunaan kata-kata kasar di depan FRR dan lebih memilih berbicara dengan bahasa yang sopan dan penuh kasih sayang. Anak sangat peka terhadap kata-kata yang didengarnya, dan jika dibesarkan di lingkungan yang penuh dengan kata-kata positif dan ajaran moral, maka ia akan lebih mudah meniru perilaku yang baik.
- Pendidikan moral secara eksplisit Orang tua dapat membantu FRR dengan mengajarkan secara langsung nilai-nilai moral yang baik. Pengajaran tentang pentingnya berbicara sopan, menghargai orang lain dan mengendalikan emosi dapat dilakukan melalui cerita atau buku anak yang mengandung pesan moral. Selain itu, pengajaran FRR tentang agama dan norma agama juga dapat memberikan landasan yang kokoh bagi pembentukan karakter moralnya.
- Mengajarkan pengendalian diri dan emosi Salah satu cara membantu FRR mengelola emosinya adalah dengan mengajarkan teknik pengendalian diri yang sederhana, seperti menarik napas dalam-dalam saat merasa marah atau bosan. Orang tua juga bisa memberikan teladan bagaimana menyelesaikan masalah dengan tenang dan penuh pengertian. Jika FRR mulai marah atau frustasi, orang tua dapat membantu anak untuk tenang dan membiarkan mereka mengutarakan perasaannya serta menawarkan cara lain untuk melampiaskan emosinya.
- Beri konsekuensi dan imbalan Penerapan disiplin secara konsisten itu penting. Apabila FRR melontarkan kata-kata kasar atau menunjukkan perilaku negatif, orang tua hendaknya menjelaskan dengan lembut namun tegas bahwa hal tersebut tidak dapat diterima. Sebaliknya, ketika FRR menunjukkan perilaku yang baik seperti berbicara  sopan atau mengelola emosi dengan baik, hendaknya orang tua  memberikan penghargaan kepadanya sebagai pengakuan. Dengan cara ini FRR akan mengetahui bahwa perilaku yang baik akan mendapat perhatian yang positif.
- Kerjasama dengan Pendidik di Sekolah Mengingat FRR juga menghadapi permasalahan perilaku di sekolah, maka kerjasama antara orang tua dan pendidik di sekolah menjadi sangat penting. Guru dapat membantu FRR mengelola emosinya dan memberinya nasihat mengenai perilaku yang pantas di lingkungan sekolah. Dengan komunikasi yang baik antara rumah dan sekolah, AR akan mendapat dukungan maksimal untuk mengatasi permasalahan yang tersisa.
Kesimpulan
meski FRR masih sangat muda, menghadapi sejumlah tantangan dalam perkembangan moral dan sosialnya. Masalah seperti peniruan verbal yang kasar dan kesulitan mengelola emosi merupakan hal yang umum terjadi pada anak kecil namun perlu penanganan yang tepat agar FRR dapat menjadi individu yang lebih baik. Dengan menciptakan lingkungan yang positif, mengajarkan nilai-nilai moral yang jelas, dan memberikan nasihat kepada FRR dalam mengendalikan emosinya, orang tua dan pendidik dapat membantu FRR mengatasi permasalahan yang dimilikinya saat ini dan menjadi anak yang lebih disiplin, lebih berkarakter, dan lebih mandiri serta terkontrol.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI