[caption id="attachment_294536" align="alignleft" width="309" caption="condet squad"][/caption]
Kabar Duka dari Condet
Pukul 8 malam sepulang kerja baru Kali pertama aku naik commuter line di stasiun sudirman. Bersama dua orang kerabat kami berjalan menuju peron arah bogor dengan tujuan Lenteng Agung. setengah jam sudah akhirnya keretapun datang, kami-pun bergegas masuk kedalam. Melihat antrian padat aku memutuskan untuk pisah gerbong dengan kedua temanku.Padat namun tidak panas saat itu revitalisasi KAI dan murah membuat angkutan umum ini menjadi angkutan favorit masyarakat perkotaan. memasuki stasiun tebet aku mendapatkan pesan dari seorang kawan yang memberikan kabar buruk dalam pesannya "cepet datang ke condet, gua kecelakaan," dikirimnya melalui BBM. Lalu aku memutuskan untuk turun di pasar minggu.Tiga stasiun sudah berlalu yang berikutnya pasar minggu. Aku bergegas jalan ke pintu kereta untuk turun menuju ke rumah kawan untuk datang menjenguk  ke condet. "Ahhh hujann...naik ojek saja lah" putusku.Sebab hanya ojek transportasi yang ada disana. Karena melalui jembatan penghubung antara pasar minggu dan condet yang sempit (hanya cukup untuk kendaraan roda dua). Dahulu jembatan tersebut yang memudahkan para pedagang dari condet yang ingin memasarkan buahnya ke pasar minggu. melalui para pengungsi di mesjid dan jembatan gantung 'begitu orang-orang menyebutnya' akhirnya tiba aku di condet dan berhenti pada satu rumah kontrakan tempat kawanku tinggal. "...Kiii...akii...ki..."Panggil ku aki kepadanya. Keluar seorang pria kurus dengan langkah terpincang-pincang dan muka seram karna lecet. "Masuk luh.." Ucapnya dengan nada keras. Melepas ikatan sepatu dan masuk kedalam rumahnya, ku lontarkan padanya pertanyaan dari kronologis kecelakaan hingga sampai tukang urut, dia pun menceritakan semuanya dengan serius dan disisipkan canda khasnya. Jam sudah menunjukan pukul 8 malam pembicaraan kami semakin seru dipertengahan pembicaraan datang pria belasteran Arab dan betawi datang. "ah norak," ucapnya pada kami. ternyata itu abdulah ia seorang yang broken home. Dahulu ayah ibunya cerai saat dia berumur 5 tahun. Selesai sudah pembicaraan tentang kecelakaan karna orang ini memang tidak pernah serius lalu..hanya urusan wanita yang ia seriuskan. ada-ada saja celetukan blasteran arab itu keluar kata "anggur dulu keles," ucapnya dengan cengirannya yang khas. Budaya tongkrongan kelas menengah kebawah adalah "patungan" kemudian kami pun merogoh uang dan membeli dua botol anggur jaraknya tak jauh dari rumah kontrakan ini hanya menempuh waktu 5 menit lalu datang minuman yang di beli abdulah. kami minum bersama tak sadar Ternyata hampir setahun sudah aku tak berkunjung kesana. Ahh anggur...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H