Mohon tunggu...
dilis indah
dilis indah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Simply....

Just a women..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keluarga dan HIV/ AIDS...

29 April 2013   01:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:27 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

( http://www.google.com/imgres?imgurl=http://1.bp.blogspot.com) HIV dan AIDS dua hal yang berkaitan dan ketika sudah mencapai tahapan AIDS mungkin orang tersebut hanya tinggal menunggu keajaiban saja karena AIDS adalah (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dimana sekumpulan gejala akibat menurunnya daya tahan tubuh seseorang yang sudah terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jadi tahapannya adalah terinfeksi HIV dahulu baru menimbulkan AIDS. Kalau mau menceritakan prosesnya terlalu panjang lebih baik baca literatur medis saja kalau ingin tahu lebih lengkap. Yang ingin aku tulis sekarang adalah fenomena gunung es HIV yang suka tidak suka menjadi masalah yang cukup pelik seperti mata koin. Disatu sisi ada sudut pandang agama yang menjadi “tameng” agar perilaku moral terkendali dan melihat realita yang ada, kenyataannya sulit dikendalikan . Semakin hari semakin banyak orang yang terinfeksi HIV, bahkan orang yang mempunyai perilaku baik sekalipun tidak menutup kemungkinan terinfeksi HIV. Misal petugas kesehatan yang merawat atau menolong pasien HIV walaupun sudah ada standar prosedur apakah menjamin tidak akan terinfeksi? Atau pasangan yang baik tapi mempunyai pasangan yang berperilaku seksual berganti pasangan atau pernah menggunakan narkoba jenis suntikan. Ini yang menjadi permasalahan inti. Terkadang penjelasan apa dan bagaimana HIV menular yang terkadang banyak orang masih belum paham. Virus tersebut menurut literatur  medis menular melalui selaput lendir dan darah. Tapi dengan catatan bila ada luka atau bagian tubuh yang tertusuk hingga memungkinkan virus masuk kedalam aliran darah, bila tak ada luka hanya kontak saja menurut literatur medis kemungkinannya kecil. Dan satu hal lagi, virus kebanyakan berkembang dan hidup berhubungan dengan daya tahan tubuh. Semakin daya tahan tubuh kita kuat semakin virus yang ada dalam tubuh menjadi lemah. Karena tubuh mempunyai mekanisme yang sudah terprogram ketika ada sesuatu menginvasi dan berbahaya akan memberikan alarm otomatis agar  bekerja untuk melindungi. Dan permasalahannya HIV ini menyerang sistem kekebalan tubuh, ini yang membuat orang yang terkena menjadi rentan. Mungkin hanya penyakit sepele seperti flu saja bisa berakibat fatal. Sudah bukan hal yang aneh jika anak muda sekarang mempunyai pergaulan bebas baik seks bebas atau penggunaan narkoba. Aku pernah bertemu dengan anak berusia 16 tahun sudah sering melakukan hubungan seksual, jika pasangan hanya satu mungkin masalah tidak akan semakin kompleks tapi jika lebih dari satu, ini yang pastinya menimbulkan masalah tadi. Kita tidak boleh menutup mata dengan hal ini dan kemudian membuat semuanya menjadi lumrah atau hal yang biasa. Kemudian yang lebih parah lagi adalah penggunaan narkoba dengan jenis suntikan. Ini yang yang agak sulit untuk dikendalikan, walau pada kenyataannya semuanya adalah hal yang sulit. Terbayang betapa sulitnya mendidik anak jaman sekarang, yang segala hal bisa dengan mudah diakses tapi tanpa penjelasan yang benar. Terkadang ada anak yang berasal dari keluarga yang baik yang menjadi korban. Memberikan pendidikan seks yang benar adalah solusi yang baik. Tapi permasalahannya seks adalah masalah tabu dan agak sulit memberikan penjelasan apa itu seksualitas pada anak. Itu yang menjadi kendala untuk ibu ibu kebanyakan yang berpikir bagaimana menjelaskan pada anak anak tentang seksual. Jangan berpikir kalau seksual hanya masalah cara berhubungan saja. Jenis kelamin juga adalah bagian dari seksual, laki dan perempuan. Menjelaskan juga tidak akan sama untuk anak yang masih berusia sekolah dasar, remaja dan mungkin dewasa. Bagian bagian tubuh mana yang perlu diberikan penjelasan dan bagaimana fungsinya, disesuaikan dengan usia anak . Karena daya penalaran anakpun berbeda. Dan yang paling penting dari itu semua adalah bagaimana orangtua bisa berperan sebagai sahabat bagi anak anaknya sehingga ada keterbukaan dari sang anak dan orangtua. Ketika anak merasakan orangtuanya adalah sahabatnya mungkin ia akan lebih mudah bercerita apa saja. Karena kecenderungan anak akan lebih mudah bercerita dengan sahabatnya untuk hal hal yang pribadi karena mereka merasa temannya bisa mengerti mereka. Dan itu hal yang manusiawi secara psikologis. Terkadang orangtua merasa harus melakukan intervensi pada anak, karena orangtua merasa anaknya hanya anak kecil yang tak tahu apa apa. Konsep ini yang harus ditinggalkan, adalah benar anak anak mungkin belum berpengalaman dengan kehidupan tapi bukan berarti mereka tidak tahu apa apa. Hargai anak sebagai individu yang berproses, tugas orangtua melakukan kontrol yang bijak. Terkadang perlu ketegasan dan terkadang anak perlu merasakan hak kebebasannya. Ternyata menjadi orangtua yang sukses mengantar anaknya menjadi anak yang berhasil dalam perilaku dan kehidupannya bukan hal yang mudah. Aku mengerti kenapa orangtuaku agak sedikit cerewet untuk beberapa hal dan sepertinya aku memahaminya sekarang. Sebuah bentuk rasa sayang yang ditunjukkan melalui perhatian agar anaknya tidak menyimpang terlalu jauh. Karena anak mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, penuhilah rasa ingin tahunya dengan bijak. Anak butuh perhatian dan kasih sayang, biarkan ia mengerti kalau itu semua adalah bentuk rasa sayang orangtua. Kenapa tulisannya jadi campur aduk yah? Hmmm... Lindungi anak dan keluarga dari HIV/AIDS dengan kasih sayang yang bijak dan tidak berlebihan, landasi anak dengan pondasi iman dan biarkan cakrawala anak berkembang dengan kontrol orangtua yang bijak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun