Mohon tunggu...
Dila Sulistianingsih
Dila Sulistianingsih Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Sastra Indonesia , Universitas Negeri Semarang

Dila Sulistianingsih, lahir di Batang, saat ini sedang menempuh S1 Sastra Indonesia di Universitas Negeri Semarang hobi saya olahraga dan liburan tentunya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ajak Masyarakat Berkreasi, Tim KKN UNNES GIAT 2 Ajak Ibu-Ibu di Desa Mojo Membuat Batik Mangrove

19 September 2022   17:00 Diperbarui: 19 September 2022   17:12 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembuatan Sketsa Batik/dokpri

Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang. Selain itu, batik juga menjadi ikon bangsa Indonesia. Di Indonesia sendiri batik memiliki beragam  jenis berdasarkan daerah asalnya. Tak terkecuali dengan batik mangrove.Batik mangrove lahir dari tangan Ibu-ibu Desa Mojo Kecamatan Ulujami, Kabupaten Peamalang. Namun, masih banyak warga lokal yang belum mengetahui potensi desa yaitu batik mangrove. Maka tim KKN UNNES GIAT 2 mengajak ibu-ibu Desa Mojo untuk membuat batik mangrove . Pelatihan ini diadakan dirumah ibu Erningsih Rt 4 Rw 3 Desa Mojo pada hari Minggu, 11 September 2022.

Pelatihan ini bertujuan untuk mengenalkan pentingnya ekosistem mangrove kepada warga Desa Mojo Kecamatan Ulujami, Pemalang melalui batik. Ibu-ibu desa Mojo sangat berantusias dengan kegiatan membuat batik mangrove ini. mereka mengakui baru pertama ini melakukan kegiatan seperti ini teruma membatik dengan menggunakan canting. Tentunya kegiatan ini sangat bermanfaat bagi mereka.

Pembuatan Sketsa Batik/dokpri
Pembuatan Sketsa Batik/dokpri

Dalam proses pembuatan batik mangrove ibu-ibu mendapat arahan dari pengrajin batik dari Desa Mojo yaitu Ibu Erningsih, sehingga metode yang digunakan untuk membuat batik menggunakan cara yang baik dan benar. Batik mangrove sendiri lahir dari terciptanya desa wisata hutan mangrove yang berada di Desa Mojo. Produk kerajinan ini, diciptakan untuk pelengkap dalam sebuah tempat wisata. Maka, tercetuslah ide pembuatan batik mangrove yang mana menjadi khas Desa Mojo.

Kegiatan pelatihan ini, dimulai dengan membuat sketsa batik diatas kain putih yang digambar dengan menggunakan pensil. Kemudian menggunakan canting yang telah diisi lilin cair untuk mencorakkan kain, selanjutnya mematikan warna untuk memastikan warna tidak luntur. Kemudian pengeblokan agar corak semakin terlihat, proses selanjutnya pelepasan lilin dan pewarnaan.

Keunggulan batik mangrove dengan batik lain yaitu pada proses pewarnaanya. Yang mana dalam proses pewarnaan, batik mangrove menggunakan bahan pewarna alami yaitu warna coklat yang dihasilkan dari rebusan kulit akar mangrove. Hal ini tentu limbah pewarna dari pembuatan batik tidak berbahaya.
" dalam pewarnaanya kami menggunakan bahan alami yaitu dengan mengguanakan akar mangrove yang telah direbus. Sehingga nantinya limbahnya tidak akan berbahaya dan  mencemari lingkungan" jelas Ibu Erningsih (11/09/2022)

Proses pengeblokan/dokpri
Proses pengeblokan/dokpri
Harapanya dengan adanya pelatihan pembuatan batik mangrove ini warga Desa Mojo menjadi lebih mengetahui potensi alam Desa Mojo yaitu tanaman mangrove, mengetahui pentingnya menjaga ekosistem mangrove, dan mampu berinovasi meningkatkan nilai jual beli batik mangrove dari bahan pewarna alami guna dimanfaatkan sebagai mata pencaharian baru bagi masyarakat Desa Mojo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun