Sumber dukungan terpenting dalam kehidupan anak, terutama dalam tahap perkembangannya, adalah lingkungan keluarga, terutama dukungan orang tuanya. Aspek penting dari pertumbuhan anak adalah perkembangan emosional. Pengelolaan atau pengaturan emosi pada siswa ini harus didukung oleh dukungan sosial dari keluarga atau orang tua. Proses belajar anak bisa berhasil jika emosinya diatur dengan baik. Padahal, dinamika antara dukungan sosial dan regulasi emosi dapat menghasilkan hasil belajar yang baik pada anak. Dari sini dapat disimpulkan bahwa variabel dukungan sosial dan regulasi emosi dapat menjadi variabel bebas, yaitu variabel terikat yang mempengaruhi proses belajar.
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang didalamnya peserta didik aktif dan membina keterampilan yang diperlukan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, seperti, pengetahuan, kepribadian, kecerdasan, keterampilan dan budaya. Ada banyak faktor dalam proses belajar mengajar di sekolah yang mempengaruhi seseorang untuk mencapai tujuan belajarnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah persepsi individu.Â
Munculnya perasaan tentang keterlibatan pribadi dan stimulus serta penilaian kognitif seseorang terhadap stimulus dan kehadirannya pada perubahan perilaku sebagai respons terhadap stimulus. Hal ini terbukti dalam proses pembelajaran, setiap orang tentunya menggunakan kemampuan kognitif untuk menghadapi tugas-tugas pendidikan dan pemecahan masalah dalam pembelajaran yang diperolehnya baik di sekolah maupun di masyarakat.
Emosi pada hakekatnya adalah dorongan untuk bertindak dan kemampuan merencanakan sesuatu untuk mengatasi masalah secara bertahap yang berakar melalui perkembangan (Goleman, 1996). Demikian pula dalam pendidikan dan pembelajaran manusia, individu untuk mencapai kesejahteraan mental dan kesehatan mental dalam pembelajaran anak (siswa) dimotivasi oleh pemahaman dan penerimaan diri terhadap situasi emosional, mengetahui secara jelas pentingnya emosi dalam belajar dan mampu. untuk mengekspresikan emosi ini secara konstruktif. Individu yang mampu memahami emosi yang dialami dan dirasakannya, belajar memahami konsep, lebih mampu mengelola emosinya secara positif (Safaria & Saputra, 2009), yang disebut regulasi emosi.
Regulasi emosi adalah proses yang terdiri dari proses eksternal dan internal yang bertanggung jawab untuk memantau, mengevaluasi, dan memodifikasi respons emosional untuk mencapai suatu tujuan (Thompson, 1994). Dari perspektif evolusi, pengaturan emosi diperlukan karena beberapa bagian otak mengarahkan individu untuk melakukan sesuatu dalam situasi tertentu, sementara yang lain menilai bahwa rangsangan emosional tidak sesuai dengan situasi saat ini bagi individu untuk melakukan sesuatu. melakukan sesuatu atau tidak sama sekali (Gross, 1999, Nisfiannur & Kartika Yuni, 2004)
Kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosi menjadi salah satu kekuatan dalam belajar, sehingga memungkinkan individu tersebut mencapai tujuan dan mencapai hasil belajar yang maksimal. Selain itu, diharapkan kemampuan individu dalam mengendalikan emosi akan membantu individu tersebut dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan pendidikan, kesulitan belajar, dll. Untuk itu, individu harus memiliki kemampuan untuk mengatur emosinya dalam proses belajar.
Pengaturan emosi merupakan tugas yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Regulasi emosi sendiri merupakan cara pengendalian emosi seseorang. Setiap hari dalam kehidupan seorang anak dalam proses pendidikan, ia senantiasa dihadapkan pada berbagai rangsangan yang dapat membangkitkan emosi. O
leh karena itu, respons emosional yang tidak tepat, ekstrem, atau tidak terkendali merusak fungsi individu dalam belajar dan bahkan dalam masyarakat, yang membutuhkan pengaturan emosi yang konstan. Individu pada umumnya menunjukkan keluwesan dalam menghadapi keadaan emosi yang ekstrim, namun tidak menutup kemungkinan bahwa sebagian orang mungkin belum memiliki keterampilan dasar atau kesadaran akan adanya regulasi emosi, atau terganggu oleh berbagai tekanan yang ada. di sekolah, di rumah atau dalam kegiatan perkembangan yang tidak didorong dengan baik.
 dinamika antara dukungan sosial dan regulasi emosi dapat menimbulkan hasil belajar yang baik bagi anak. Hal ini terlihat ketika dukungan sosial yang diberikan meningkatkan regulasi emosi yang baik, sehingga pengelolaan pembelajaran meningkatkan motivasi dan minat belajar anak. Hasilnya, anak mencapai prestasi dan hasil belajar yang juga sesuai dengan harapan anak dan orang tua. Di sisi lain, variabel dukungan sosial itu sendiri juga mendorong peningkatan hasil belajar, kinerja dan perkembangan kognitif serta pengaturan emosi. Dari sini dapat disimpulkan bahwa variabel dukungan sosial dan regulasi emosi keduanya dapat menjadi variabel dependen yang mempengaruhi variabel independen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H