[caption id="" align="aligncenter" width="402" caption="masjid centre abu bakar shiddiq foto dok; sabar riyanto"][/caption] Ruwais, Abudhabi, UAE, pertengahan Januari 2012 Di tengah hangatnya gaung literasi yang dihembuskan Gol A Gong di sepanjang teluk yang seolah hendak menaklukan dingin yang terasa mencubiti kulit ari. Di antara para pekerja lepas yang sedari pagi buta sudah berkutat dengan rutinitasnya dan deru deram truk pengangkut sampah serta pemotong rumput bersuara. Sementara tentu ada dibalik selimut sebagian dari kita yang masih terlelap mencoba mengais kehangatan. Aku mengawali pagi ini, Senin 16 Januari 2012 dengan basmalah dan kembali menelusuri ayat-ayat Allah. Semua Berawal dari Niat Ada yang tak biasa di ruang bawah Masjid Abu Bakar As-Siddiq yang merupakan masjid pertama dan terbesar dari empat Masjid lain nya di Ruwais , di ruangan yang diperuntukkan khusus bagi wanita itu biasanya sepi dari aktifitas kecuali pada saat sholat Tarawih di bulan Ramadhan dan pada saat sholat dua "Idh". Pagi ini jam 09.00 sudah tampak beberapa ibu yang saling menyimak bacaan Quran nya, ada juga yang membawa bayi dan balita. Di bagian wanita yang terdiri dari tiga ruangan besar tadi nya hanya ada beberapa lemari berisikan Al-Quran. Dan di ruangan tengah yang biasa nya kosong, tampak beberapa meja dan kursi yang sudah dihias sedemikian rupa sehingga menyerupai ruang persidangan. [caption id="attachment_157273" align="aligncenter" width="300" caption="ladies prayer room foto dok;azzah fadilah"][/caption] Setahun lama nya mempelajari kitab suci Al-Quran. Saat inilah kami mengasah daya ingat, mengaktifkan otak kanan kami dihadapan para juri yang merupakan Tahfidzh-Tahfidzh terbaik. Ini merupakan kegiatan tahunan yang diperuntukkan bagi para karyawan ADNOC group, istri dan anak-anak. ADNOC sangat mensupport sekali kegiatan ini terbukti dengan hidangan yang disajikan selama sebelas hari acara berlangsung, dan hadiah berupa uang yang disediakan bagi seluruh peserta yang dapat menjawab sebagian besar pertanyaan yang diajukan, tentu saja dengan peringkat terbaik dan seterus nya. Tapi, sesungguhnya bukanlah imbalan yang kami harapkan. Teringat ucapan bu Syamsuddinn salah seorang senior dan motivator kami " Jangan terlalu takut terlihat tidak sempurna karena khawatir niat kita yang semula karena Allah tercampur dengan riya karena ambisi yang berlebihan". Ketika ku tanyakan sudah berapa lama rutinitas tahunan ini berlangsung, " sejak ti baheula" jawab beliau dengan logat sunda nya yang khas. Lain lagi dengan bu Ikhwan teman sesama murojaah, "Kalau memikirkan ingin jadi juara atau tidak mah, sudah lama saya mundur karena minder dengan bacaan dan hafalan teman yang lebih bagus. Saya hanya ingin meningkatkan kwalitas hafalan saya dengan mengikuti musabaqoh" yang langsung di amini teman-teman yang lain. Begitu pun denganku, kalau tidak mengikuti musabaqoh paling-paling bacaan sholat ku hanya bergeser sedikit dari surat An-Nas sampai surat Al-Ashr. Mungkin Malaikat pencatat kebaikan sudah bosan dengan bacaan ku yang itu-itu saja. Setitik Harapan Semangat menghafal naik turun seiring kondisi anak- anak ku yang masih kecil dan dua diantaranya masih balita. Tak jarang aku mengusik aktifitas bermain mereka dan membangunkan tidur lelap nya manakala harus mengikuti murojaah. Aku hanya berharap semoga kelak Allah meringankan langkah kaki mereka menuju majlis Quran sebagaimana Husein Tabata'i yang selalu diajak ibu nya menghadiri kelas-kelas Quran. Meskipun dikelas itu hanya mendengarkan namun dia ternyata menyerap isi pelajaran, hingga pada usia 2 tahun 4 bulan Husein sudah menghafal juz ke-30 yaitu juz 'Amma yang sedang kami tilawahkan pagi ini.  Tentu saja membacakan Al-Quran kepada bayi akan memberikan pengaruh positif yang lebih besar lagi mengingat bahwa Quran adalah kalam Ilahi dan petunjuk hidup yang paling sempurna'. ( Dina Sulaiman "Doktor Cilik Hafal Dan Faham Al Quran", red) Maka tidaklah menjadi soal bila harus membawa putra-putri kami dalam buaian dan berjibaku dengan waktu. Tidak sedikit ummahat yang berjalan kaki sambil mendorong buah hati nya dalam kereta bayi menuju Ladies Club tempat murojaah, disampingjuga ada ummahat lain yang begitu berkenan mengantar dan menjemput kami dengan kendaraan nya. Saat Yang Mendebarkan Akhirnya saat itu tiba, satu persatu nama kami di panggil. Karena nama ku tidak tertera didepan pintu Masjid ataupun di televisi Ruwais. Aku beranikan bertanya pada salah seorang penguji, sekalian meminta bisakah aku di test saat itu juga karena anakku rewel ingin segera pulang. Dan alhamdulillah aku diperkenankan untuk mengikutinya hari ini. Ruangan musabaqah memang tampak menegangkan dan seperti sebuah arena pembataian dengan algojo yang tampak garang. Tapi aku bukan terdakwa dan duduk didepanku bukan algojo melainkan bidadari, begitu aku menggambarkan mereka. Dengan tutur kata yang halus dan senyum yang selalu mengembang di wajahnya di tambah paras yang cantik khas 'negri Cleopatra' terbungkus abaya dan cadar yang membungkus rapat seluruh auratnya (tentu saja sebagai sesama muslimah aku dapat melihat wajah nya). Membuat mereka sebagai wanita muslimah sempurna di mata ku. [caption id="attachment_157275" align="aligncenter" width="415" caption="sebagian peserta tahfidzh foto dok; azzah fadilah"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H