Mohon tunggu...
Ardilah Safitri
Ardilah Safitri Mohon Tunggu... -

Mahasiswa keperawatan yang selalu bermimpi untuk menjadi penulis, suatu hari nanti.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kembali Membudayakan Pasar Rakyat

24 Januari 2017   00:01 Diperbarui: 24 Januari 2017   00:42 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: http://samarindaguide.com

Saya dilahirkan dan dibesarkan di kota Samarinda. Sebuah kota yang konon merupakan salah satu kota terbesar di Kalimantan. Saat itu tahun 1990-an, pasar rakyat masih menjadi primadona di kota ini. Salah satu pasar kebanggaan masyarakat Samarinda pada kala itu adalah Pasar Seni Citra Niaga. Pasar ini adalah pusat perbenjaan oleh-oleh kerajinan khas Samarinda. Tapi tidak hanya itu, pasar ini juga menjajakkan wisata kuliner, pernak pernik, serta pakaian. Dan tentu saja dilengkapi dengan tradisi tawar menawar dimana kita bisa mendapatkan barang dengan harga semurah-murahnya melalui penawaran. Selain itu, pasar ini juga menjadi tempat bersantai untuk menikmati waktu luang bersama keluarga. 

 Dulu dengan mengendarai motor vespa, ayah saya selalu mengajak saya dan kakak saya untuk menikmati senja di pasar ini. Saya bahkan masih dapat mengingat gelak tawa kami berdua saat bermain sepeda yang disediakan di tempat ini. Dulu, betapa berartinya sebuah pasar bagi kami.

Tidak hanya Pasar Seni Citra Niaga, kami juga sering mengunjungi Pasar Pagi. Ibu kami selalu berbelanja seminggu sekali. Setiap hari Minggu, beliau dan ayah akan pergi ke Pasar Pagi untuk berbelanja kebutuhan kami sehari-hari. Seperti pasar pada umumnya, pasar ini berhiasi dengan lantai yang becek, udara sumpek, lingkungan yang bau dan kotor. Namun kami masih tetap bersahabat dengan keadaan seperti itu. Kami menikmati setiap kegiatan sosial ekonomi dan warisan budaya yang kami miliki saat itu.

Menjelang tahun 2000-an, pasar modern mulai berkembang di ibu kota Provinsi Kalimantan Timur ini. Hingga kini, pasar modern telah menjamur dimana-dimana, bahkan mengalahkan keberadaan pasar rakyat yang pernah ada. Perubahan tingkat pendapatan masyarakat, gaya hidup, ketersediaan waktu luang, kemajuan teknologi, biaya transportasi, dan globalisasi mulai mempengaruhi kebiasaan masyarakat dalam pemilihan tempat berbelanja. Pasar modern yang memiliki lebih banyak kelebihan dari pasar rakyat  membuat pasar modern mulai dilirik oleh masyarakat. Pelayanan jam buka yang lebih lama, lingkungan yang bersih, lantai yang bebas becek, ruangan yang dilengkapi dengan pendingin membuat masyarakat sedikit demi sedikit mulai meninggalkan kebiasaan untuk berbelanja di pasar rakyat.

Selain menjamurnya pasar modern, kehadiran warung dan pedagang keliling ditengah-tengah masyarakat membuat eksistensi pasar rakyat semakin menurun dan terancam kehilangan fungsinya. Hal ini lebih diminati oleh masyarakat karena masyarakat tidak perlu pergi ke pasar untuk berbelanja sehingga biaya untuk transportasi dapat di hemat.

Dengan demikian, pasar rakyat mulai ditinggalkan oleh masyarakat dan sedikit demi sedikit mulai kehilangan fungsinya. Padahal. pasar rakyat merupakan harapan bagi rakyat kecil untuk dapat melaksanakan kegiatan sosial ekonomi demi menyambung hidupnya, selain itu pasar rakyat juga merupakan suatu warisan kebudayaan yang amat disayangkan jika harus ditinggalkan.  Saya raya hal ini lah yang menjadi alasan dibutuhkannya Hari Pasar Rakyat Nasional bagi masyarakat Indonesia. 

Harapan saya dengan adanya hari peringatan ini, kita bisa mengenalkan anak-anak dan orang-orang yang kita sayangi mengenai kebiasaan berbelanja di  pasar rakyat, sikap saling tolong menolong, pengalaman dalam bersosialisasi dalam masyarat melalui proses jual beli, serta mengajarkan suatu proses tawar menawar yang merupakan salah satu ciri khas pasar tradisional. Dan hal yang paling penting dengan diadakannya Hari Pasar Rakyat Nasional adalah kita dapat mempertahankan fungsi pasar sebagaimana mestinya dan membantu mensejahterakan petani-petani kecil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun