23 Agustus 1900 kutuliskan sebuah surat
Untuk melampiaskan apa yang kurasa
Kepada wanita Belanda
Selama ini hanya satu jalan terbuka, bagi gadis  Bumiputera, akan menempuh hidup ialah "kawin".
Kota kelahiranku Jepara
Menjadi saksi aku membara
Ingin kuakui aku ingin lari dari tradisi
Merasa asing ketika yang lain manut, turut, dan luput
Kedua belas tahun umurku
Aku dikurung bak burung yang diikat disangkar
Diajarkan untuk terbang, namun kembali ke sangkar
Aku berteriak dan bercangkarama dengan dinding tak bertuan
Ayahku kuat teguh dan berpendirian
Aku tak ubah hanya wanita biasa baginya
Yang akan disanjung menjadi Raden Ayu
Setelah kucari tahu Raden Ayu bukanlah sosok yang kumau
"Aku ini belum apa-apa, dan dituntut untuk menjadi apa-apa" sangahku pada mereka
Otakku dipoles dengan ilmu
Dari perkembangan zaman baru
Namun aku tidak bisa berkembang seperti perubahan waktu
Tak bisakah, kalian melihat
Matahari sang surya pun mengalah pada bulan
Mereka tahu
Semua berjalan seperti semestinya
Aku, bersuara
Namun percuma
Tetap saja, laki-laki penentu perkara
Aku sering berdebat dengan saudara laki-lakiku
Aku iri atas takdir kemenangannya
Dia berkelana keujung samudra di beda benua
Semua orang bangga padanya
Inilah permainan  zaman yang tak bertiang
Kujalani, kudobrak
Sana sini
Keinginanku akan kuperjuangkan