“Nora.... anda harus buka mata. Nora, Nora,”
Namun tepukan itu perlahan tak terasa lagi di pipiku. Juga suara-suara itu makin mengecil, seperti radio yang dikecilkan suaranya. Bahkan kini hilang. Aku tak bisa mendengar apapun dan merasakan apapun. Dan tiba-tiba semua yang ada di hadapanku menjadi gelap.
***
“Nora.... Nora....”
Aku menoleh ke belakang, mencari asal suara yang memanggilku.
“Nora.....”
Aku terus mencari tapi tak juga ku temukan.
“Nora.... sini. Aku punya sesuatu buat kamu.”
Aku menoleh ke belakang lagi. Kini kudapati sosok lelaki yang sangat ku kenal berdiri agak jauh di belakangku. Tersenyum manis. Matanya yang sipit seolah mengatub karena bibirnya yang tertarik ke atas. Itu bagian terlucu dari wajahnya. Aku pun tersenyum dan mulai melangkah ke arahnya.
“iya sebentar, aku juga punya sesuatu buat kamu. Ini.”
Tapi sebelum kuayunkan kaki, seorang gadis berambut sebahu yang hitam legam berlari ke arahnya, mendahuluiku. Gadis itu memberikan sebuah sapu tangan warna pink dengan hiasan mawar merah yang disulam rapi.