Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Racun kematian di tengah malam

24 Januari 2025   01:12 Diperbarui: 24 Januari 2025   01:12 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dua hari sebelumnya bangkai induk anjing, terkapan di teras bagasi mobil. Saya mengendarai moto dengan kencang, dan prihatin melihat perut anjing membengkak. Belum dikubur, dan tidak ada yang peduli.

Induk anjing bewarna hitam dengan dua anak anjing bewarna coklat. Tiap hari berkeliaran di halaman rumah. Berteman dengan anjing jantan saya yang bewarna hitam . Selama 3 bulan anjing saya tidak mengongong karena kehilangan pasangan dan anak-anaknya yang digigit anjing gila.

Setelah kedatangan anjing tetanga yng sering main kerumah. Hidup anjingku lebih berwana. Anjing saya menjadi akrab dan seperti membentuk kelurga baru, walaupun itu bukan istri dan anak2 anjing saya. 

Mereka membangun kebersamaan tidur, lari dan makan bersama. Sampai si anjing tetangga kenyamanan di rumah saya, sampai tidak pulang kerumahnya.

Si anjing kelaparan, si pemilik anjing tidak peduli dg anjingnya, palingan keluarga saya pernah kasih makan, cuma belum membuat anjing itu terlalu kenyang. Sehinga si induk anjing, mengejar itik tetangga, dan dimakan.

Anak anjing itu jg semakin ganas, masuk ke kandang peliharaan marmut saya, semua marmut yg 35 ekor dimakan. Keluarga saya kesal dan selalu mengusir anjing itu. Dan mengingatkan si pemilik agar mengurung atau mengikat anjingnya yg sudah meresahkan

Pernah di ikat tapi lepas dan dibiarkan begitu saja. Hingga suatu hari di saat musim menabur benih, tetangga panggil saja Sinur dia lagi emosi, karena benih yg di tabur di rusak sama anjing, di tengah sawah. 

Sinur dendam, dan jam 12 malam dia merencanakan untuk memberi makanan anak anjing itu. Anak anjing mengongong selama berjam-jam, besok paginya terletak di teras rumahku dengan mulut berbusa. 

Orangtuaku langung mengabari si pemilik anjing.tapi tak peduli. Dengan sigap ayahku menguburkan anjing. Karena kalau adik saya tahu dia pasti emosi melihat kematian anjing tersebut. 

Di hari lebaran anak anjing kembali terletak dan tidak bisa disembunyika dari adik ku. Karen dia orang pertama kali melihat bangkai anjinh tergelatak. Anjingku terlihat lemah dan hilang semangat. Adikku emosi dan berteriak di tengah halaman, semua tetangga penasaran. "Siapa yang tega meracuni anjing, ...woiii manusia" kecewanya mendalam hingga dia mau nangis. Padahal itu bukan anjing kami.

Orangtua ku mencoba menenangkan suasana yang tegang di hari lebaran. Setidaknya kami tidak pernah tega meracuni hewan peliharaan, walaupun kami juga pernah dirugikan. Cuma masih banyak cara agar hidupmu lebih tenang, dan mencoba untuk mencari cara yang lebih baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun