Kakiku mulai mati rasa
Hujan deras menderu
Dikala awan tak ada kelabu
Barusan gerah tiba-tiba awan marah
Ku lari di atas genangan air
Tak mau basah, kulambaikan tangan di tengah jalan
Laki laki yang melamun itu berlari mengejarku
Badannya basah kuyup
Bibirnya sudah bergetar
Darahnya tak lagi muda
Namun usahanya tak getir
Disodorkan payung untukku,
"Ini, Non ambil, biar ngak basah"
"Maunya kita berdua pakai payung, pak" ucapku
Dia menolak, namun kupaksa
Payung itu jadi milik kita berdua
Kakinya tanpa alas telah pucat
Kusadar cari uang tak lah mudah
Di kota
Jakarta keras, bagi orang yang tak mau bekerja keras
Dari kecil sudah diajarkan cari uang
Bocah -bocah tak lagi makan disuapin
Hujan sudah menjadi saudara
Yang selalu didoakan mereka
Tak hayal memang "hujan pembawa rezeki"
Entah darimana mereka berasal
Seperti hujan yang turun dari langit
Memberi kesuburan dan mereka membawa keteduhan bagi pengguna jasanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H