Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Payung hitam di ketiak

19 Februari 2022   07:42 Diperbarui: 19 Februari 2022   18:24 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepatu hitamku basah kuyup
Kakiku mulai mati rasa
Hujan deras menderu
Dikala awan tak ada kelabu

Barusan gerah tiba-tiba awan marah
Ku lari di atas genangan air
Tak mau basah, kulambaikan tangan di tengah jalan
Laki laki yang melamun itu berlari mengejarku
Badannya basah kuyup
Bibirnya sudah bergetar
Darahnya tak lagi muda
Namun usahanya tak getir

Disodorkan payung untukku,
"Ini, Non ambil, biar ngak basah"
"Maunya kita berdua pakai payung, pak" ucapku

Dia menolak, namun kupaksa
Payung itu jadi milik kita berdua
Kakinya tanpa alas telah pucat
Kusadar cari uang tak lah mudah
Di kota

Jakarta keras, bagi orang yang tak mau bekerja keras
Dari kecil sudah diajarkan cari uang
Bocah -bocah tak lagi makan disuapin
Hujan sudah menjadi saudara
Yang selalu didoakan mereka
Tak hayal memang "hujan pembawa rezeki"

Entah darimana mereka berasal
Seperti hujan yang turun dari langit
Memberi kesuburan dan mereka membawa keteduhan bagi pengguna jasanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun