"Mertuaku dinyatakan Positif Corona"
Sampai hari ini aku masih tergiang oleh ucapan dokter pada siang itu. Ibu mertuaku berumur 68 Tahun menderita diabetes biasa. Penyakit diabetesnya itu sudah lama mengerogoti badannya yang renta. Wajar jika dia hanya beraktifitas di dalam rumah setiap harinya.Â
Tak pernah kulihat ibu mertua mampir ke rumah tetangga. Palingan dikala mendesak yang mengharuskannya tes kesehatan diabetes rutin ke rumah sakit terdekat.
Sampai akhirnya jatuh tempo tanggal ibu mertua cek kesehatan. Kitapun mengantarkan ibu untuk cek up dengan membawa surat BPJS, dan tetap mengikuti koridor protokol pemerintah dengan menggunakan masker.
Berhubung kewaspadaan makin meningkat, jadi aturan pihak rumah sakit mewajibkan setiap pasien untuk melakukan tes Swab. Sembari menunggu, dokter pun keluar dari ruanganya dan berkata" Ibuk harus dirawat tiga hari disini, sampai tes Swab keluar"
Langsung sekeluarga kaget dengan saran tersebut. Apa boleh buat untuk kebaikan ibu mertua kami pun setuju. Setelah beberapa hari menunggu, akhirnya hasil Swab keluar. Bagaikan petir yang menyambar.
Kita sekeluarga tidak terima jika ibu dinyatakan "Positif Corona".
"saya ngak percaya kalau ibu saya positif" tolak suamiku dengan tegas pada lelaki yang berjubah putih itu
"ini buktinya pak" ucap dokter
Sebuah kertas dengan beberapa keterangan dan penjelasan disodorkan dokter ketanganku.
Aku mencoba membaca dan memahami sebisaku. Sepertinya penjelasan dokter jauh lebih bisa kupahami daripada selembar kertas yang terdapat tulisan dan angka, yang sangat asing bagiku.
Kuhela napas yang panjang, untuk meyakinkan diriku. Bahwa ini bukan masalah besar. Aku yakin ibu mertuaku pasti sembuh. "bismilah" rintihku dalam doa.