Menjadi hal keberuntungan jika naik busway langsung dapat kursi kosong. Malam ini, seperti biasanya saya harus naik busway Bundaran HI kemudian transit kebusway selanjutnya. Melewati 20-an halte dan menghabiskan waktu lebih kurang 2 jam. Jadi karena ingin pulang cepat saya nimbrung dibusway yang penuh sesak.
Setiap halte selalu ada pemberhentian. Tergantung tujuan kita masing-masing. Karena semua kursi penuh. Jadi saya berdiri dan memegang sebuah tali gantungan.
Karena kelelahan  saya  ingin mengincar lantai yang berjenjang di samping supir busway. Yaudah, saya nekat maju. Tapi tatapan pak supir membuat saya tak berani minta izin duduk.
Disepanjang jalan saya selalu menatap lantai kosong itu, dan kemudian sok asik lihat pemandangan luar.
Wajah pak supir yang terlihat sanggar itu membuatku jadi pengecut.
Akhirnya saya berbicara sendiri dan berharap ada kursi kosong.
Eh, tahu-tahunya pak sopir bisa membaca pikiran saya. Akhirnya dia memberikan isyarat kepada saya untuk mempersilakan duduk dengan sopan.
Wkwkwk. Untung pakai masker, jadi saya bisa senyam senyum sendirian, melihat kekonyolan hari ini.
Jadi intinya dari peristiwa itu, kita ngak boleh menilai orang dari penampilan doang. Belum tentu orang yang terlihat jahat dan urak-urakan merupakan orang yang nakal. Kadang mereka berpenampilan tak seperti jati diri aslinya. Karena luar itu kadang palsu.
Kenali mereka terlebih dahulu baru kau berikan penilaian. Karena baik atau jahat tergantung sikap balik kita kepadanya.
Kembali ke dirimu sendiri agar diperlakukan baik oleh orang, lingkungan dan sosial.
Okey. Tetap jaga jarak dan selalu jaga kesehatan sahabat semuanya semoga bermanfaat.
