Kita memang sedang terpenjara, oleh keadaan. Tidak ada terdakwa dan ruang sidang untuk membebaskan para korban. Tapi kita butuh orang yang sadar akan kebersihan dan selalu jaga jarak alias social distancing.
Berbagai upaya telah dilakukan, dari pengawasanp check up setiap orang, dilarang pulang kampung, kerja dirumah, Â go ride dihilangkan untuk sementara, ibadah dirumah, pasar ditutup, sekolah ditiadakan, bandara konvensional ditutup, mall ditutup, banyak lagi perubahan yang signifikan terjadi tahun ini. Disebabkan hanya satu kasus yaitu Covid 19.
Berawal dari satu negara, sekarang mewabah keliling dunia, tidak terhitung banyak korban, tenaga medis yang menjadi mangsa Covid 19.
Sosial media menjadi saksi sejarah, problem masa kini.Â
Artinya bumi dalam keadaan siaga untuk membentangi diri dari Covid 19. Meskipun keadaan parah dan rumit, beberapa orang masih saja bekerja di luar rumah. Para pekerja driver online, siang malam menunggu orderan. Bukannya mereka tidak takut, tapi keadaan memaksa mereka untuk berjuang, supaya bisa bertahan.Â
Setiap hari saya berjalan, untuk pergi ke tempat kerja. Saya lihat  jalanan raya lebih dominan para driver, gojek, grab, taxi, dan transportasi umum lainnya.
Kadang mereka duduk selonjoran di tepi jalan raya merenung menunggu orderan.Â
Dalam keadaan seperti ini, makin sulit mereka mendapat orderan. Kemaren saya sempat mewawancarai seorang bapak Herman, si ojol berumur parubaya.
"Aduh neng, dari pagi sampai sore, baru ini saya dapat orderan" keluh sang ojol
" Sabar pak ,kemaren dapat orderan berapa pak" tanyaku
"Semenjak, penhapusan go ride , udah susah cari orderan, duh dulu lumayan sehari 200 rb, sekarang gopek aja ngak nyampai" jawab bapak