Zulaikha itu aku. Ratu paling cantik di Mesir, dan kecantikanku selalu dipuja oleh semua pria dan wanita di negeri.  Aku  memiliki suami seorang  panglima dari kerajaan yang baik dan selalu sayang kepada semua orang. Bukti kecintaanya padaku,  dia membeli seorang budak dari seorang pengembala, yang kami beri nama Yuzarzif. Kedatangan Yuzarzif membuat hidupku bagaikan taman indah yang selalu bersemi.
Yuzarzif terkenal dengan ketampanan dan aura yang membuat diriku selalu terpana, aku tidak puas melihatnya, hatiku selalu berdebar melihat budak tersebut, padahal umurku dengannya sangat jauh berbeda. Terbitnya matahari menakutkan bagiku,  waktu begitu aku benci, kenapa  dia selalu berputar. Yuzarzif beranjak dewasa dan dia bertambah tampan serta berjaya, namun bertolak belakang dengan diriku yang semakin lemah keriput mulai muncul di wajah, dan rambut hitam ini, bewarna putih, aku tidak terima dihina oleh masa.
 Kekayaanku akan membalas itu semua, seorang ahli kecantikan akan mengembalikan parasku. Kutatap cermin, kemudian cermin memantulkan sosok wanita jelek dan keriput, aku terkejut langsung aku banting kelantai, tak peduli bayangan wanita itu pecah berkeping-keping.  Tidak cukup dengan diriku yang bertambah tua, semua berubah drastis, Amun dia tidur dan melupakan kesengsaraanku. Suamiku  meninggal, harta kekayaanpun semakin berkurang, semua orang mulai melupakan intan yang pernah berkilau.
Sekarang tanpa menutup mata mimpi buruk menghantuiku. kekayaan lenyap, tidak ada yang sisa selain baju lusuh yang membungkus tubuh, dan dua orang pelayan yang setia menemaniku. meskipun mereka sudah kuusir, karena tidak ada uang sepersen pun untuk memberikan upah kepada mereka. Kesetiaan mereka kesengsaraan terdalam bagiku, meskipun sekarang kenikmatan hidup sudah karam ditengah lautan, tidak ada yang bisa dipertaruhkan.
Kebutaan mata dan pikiran karena Yuzarzif telah mendarah daging di sisa umurku.Â
Keegoisanku telah memisahkan jiwa dari tubuh. Yuzarzifku ialah jiwaku yang sudah kubuang. Aku menyesal, kenapa aku mencambuk tubuhnya yang suci itu, kupenjarakan dirinya dalam kelamnya jeruji besi. Pengasingan padanya hanya membuatku dibunuh perlahan oleh rindu. Jarak memisahkan kita. Sekarang apa daya diriku wanita tua renta yang tak punya tujuan hidup, selain menebus dosa untuk bisa bertemu dengan Yuzarzif,
simpang siur kabar mengatakan bahwa akan datang seorang pemuda. Dari pesan angin, dan aroma padang pasir aku mengenali sosok yang hadir itu. Sepertinya diriku harus menjumpai Amun Tuhanku, meskipun dia bisu untuk takdirku, tapi kali ini dia akan membantuku. Kuraba jalanan, dan kupegang tiang-tiang bangunan yang besar, mencoba melangkah untuk menuju kuil.Â
Namun yang kudapati bau debu yang pekat, dan ruang pengap, yang membuatku kesusahan bernapas, melangkah dengan perlahan, meraba-raba dan jaring laba-laba menempel ditanganku. Aku pun tertawa, bagaimana bisa Amun menolongku?, untuk dirinya saja, dia tak berdaya apalagi menolongku. Pikiranku berkecamuk dalam relung kesepian, karma apa ini, aku benci, kembalikan masa laluku, amun aku membencimu, dulu kau adalah dewa yang menjadikan diriku istrimu. Aku tak berdaya. Cucuran air mata menetes di keriput wajahku.
Kala itu, datanglah seberkas cahaya dalam hidupku. Ku sadar sepertinya Amun hanyalah patung mati, yang tidak bisa berbuat apa-apa. Dalam kesedihan aku selalu ingat Yuzarzif.Â
Kemudian kubuka lagi memori lama, untuk mengenang Yuzarzif. Dulu, Â aku suka mengitip Yuzarzif disetiap waktu. Sampai suatu malam aku menemui Yuzarzif menangis tersedu-sedu, disebuah ruangan yang bercahaya redup, memohon kepada tuhannya, katanya tuhannya tidak menyerupai mahkluk ciptaan manusia.
Memang wujudnya tidak nampak namun dia selalu dekat dengan hambanya. Ungkapan tersebut membuat ku sadar, langsung dengan sebisaku aku memohon pada tuhan agar, kesengsaraan ini berujung kebahagiaan. Â Dari hembusan napas tersebut kuyakin dan percaya bahwa tuhan Yuzarzif memang ada.
Setiap waktu, dikala rindu menyiksa aku akan memohon ketuhan untuk bisa dijadikan istrinya. Doa ialah pesan yang akan dikirimkan langsung kepada orang yang dituju oleh Tuhan. Hingga  suatu hari Yuzarzif memang datang ke Mesir.Â