Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Tiga Wanita Surga yang Kujumpai di Bulan Ramadan

21 Mei 2019   23:09 Diperbarui: 21 Mei 2019   23:41 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedua kalinya Ramadan di rantau orang, Saya melaksanakan sholat tarawih di mesjid terdekat dikontrakan saya tinggal. Setiap bulan Ramadhan mesjid pasti ramai didatangi oleh kaum muslimin dan muslimat untuk menyelenggarakan sholat tarawih dan witir berjamaah. Kemudian Hal yang ingin ditunggu umat Muslim ialah malam Lailatul Qadar, yakni malam yang lebih baik dari 1000 malam jika Kita taat beribadah dan bertawakal kepada Allah SWT.

Setiap masyarakat yang datang ke Mesjid berasal dari beberapa kelurahan. Sebab Mesjid yang kudatangi ini ialah mesjid besar di Padangpanjang. Sehingga orang-orang yang kujumpai di Mesjid pun kadang tidak pernah kulihat selama 4 tahun di Kota Padangpanjang. Wajar saja karena Aku, masih menyandang status mahasiswa di instasi negri di Kota Padangpanjang atau dikenal dengan Kota Dingin/Kota Hujan di Indonesia ini

Banyak Hal yang bisa dipetik saat bulan Ramadhan ini. Karena ketika sholat berjamaah banyak sekali orang-orang yang berkebutuhan khusus atau mengalami kesulitan saat beribadah. Ada yang menggunakan kursi roda, Ada yang selalu didampingi anaknya, atau yang selalu didampingi orangtuanya.

Rasa syukurku kepada Allah atas apa yang Allah titipkan padaku. Kulihat seorang gadis belia sekitaran 18 tahun mengalami celebrium palsy atau kelumpuhan otak. Penyakit langka ini hanya diderita oleh 1:1000 di Dunia. Karena penyakit ini langka jadi disaat saya baru pertama Kali melihat, perasaanku campur aduk. Atas kemauannya untuk melaksanakan ibadah. Rasanya Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada keluarganya yang sangat merawat, mendidik menyayangi gadis belia tersebut. Sehingga dengan kekurangganya dia sudah mengetahui bagaimana tata Cara melaksanakan sholat. Walaupun tidak bisa berdiri, dan dengan tangan yang lemah kemudian bagian kaki yang mengecil, membuat hidupku lebih berarti.

Kemudian wanita kedua yang kutemui ialah wanita parubaya yang mengalami stroke sebelah. Jadi sebagian tubuhnya mengalami mati rasa. Sehingga ketika berjalan dan melakukan aktifitas ibuk tersebut harus berhati-hati. Syukurlah ibuk tersebut masih bisa berjalan dengan kondisi menyeret kaki kirinya. Dia selalu disampingku ketika sholat subuh. Memang ibuk tersebut selalu ketinggalan ketika melaksanakan sholat jamaah. Tapi Saya salut atas kegigihan dan ketakwaan ibuk untuk melaksanakan ibadah.

 Ketiga ialah sepasang suami istri yang berprofesi sebagai pemulung. Mereka berdua bukan berasal dari kelurahan Saya tinggal. Tapi Kebiasaan mereka yang bekerja pada subuh. Ketika azan subuh menyeru, selalu berhenti sejenak dan meninggalkan gerobak andalannya di sebrang jalan, yang sudah penuh dengan barang-barang bekas. Tidak hanya itu Saya baru sadar bahwa istri dari pemulung menderita penyakit rematik yang parah, sehingga saat melaksanakan sholat dengan posisi menjulurkan kakinya. Mengingat kakinya yang tidak bisa dilipat.

Jadi ketiga Perempuan surga tersebut hanyalah perwakilan dari ketidaksempurnaan manusia. Namun di Mata Allah kita sama. Hanya manusia yang selalu membedakan kita satu sama lain. Tapi ketika kita mencaci ciptaan Allah berarti Kita meragukan kebesaran sang Pencipta. Semoga dari ketiga Perempuan tersebut memberikan kesadaran bahwa Kita selalu bersyukur dan ibadah merupakan pondasi untuk hidup bahagia didunia ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun