Mohon tunggu...
Diky Kurniawan
Diky Kurniawan Mohon Tunggu... -

Managing Editor kampusparmad.com,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Power Transition di Balik Perang Peloponnesia

16 Januari 2011   07:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:32 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Keduanya pernah tergabung dalam satu kekuatan ketika melakukan perlawanan terhadap Persia yang menhasilkan kemenangan bagi bangsa Yunani. Athena mengklaim bahwa kemenangan itu adalah kemenangan Athena. Pernyataan tersebut memang berdasarkan fakta sejarah bahwa perlawanan tersebut didominasi oleh kekuatan laut Athena yang tersebar di tiga wilayah, yaitu Marathon, Salamis dan Plataea. Adapun Sparta, akan tetapi hanya berpusat ke dalam kekuatan darat.

Setelah kemenangan atas Yunani itu, Athena melakukan ekspansi di daerah perairan Aegea untuk meraih negara-negara lain dalam membentuk satu negara yang lebih besar dan dijadikan sebagai pertahanan dari serangan Persia. Setiap negara yang ingin bergabung harus membayar pajak kepada Athena. Tidak sedikit negara yang terpaksa bergabung karena didesak oleh kebutuhan yang bergantung kepada kekayaan Athena. Sehingga terbentuklah sebuah kerajaan yang sangat besar di perairan Aegea. Koneksi Athena meluas ke saentro wilayah di luar Yunani berkat kekuatan komersialnya yang sangat signifikan. Banyak sekali negara-kota lainnya baik terpaksa maupun tidak, merapat dengan Athena demi mendapat perlindungan wilayah perairan dari serangan luar. Tidak hanya itu, kebudayaan Athena yang dominan dengan situasi yang demokratis telah menarik perhatian banyak negara dalam melakukan kerjamasama politik. Maka semakin besar saja pengaruh Athena kala itu dalam hubungan antarnegara. Dari sinilah garis transisi kekuasaan Athena dimulai.

Power Transition bukan Balanced Power

Dari sejarah yang telah sedikit kita sentuh mukanya, dapat kita pahami bahwa transisi kekuasaan (Power Transition), itu benar-benar rentan terjadi di dunia internasional ini ketimbang balanced power yang lebih dekat dengan angan-angan belaka.Kita telah menyaksikan bagaimana kronologi transisi kekuasaan yang dilakukan oleh Athena semenjak kemenangannya atas Persia. Hal tersebut jelas-jelas tidak menjanjikan keseimbangan kekuasaan dengan Sparta yang telah ikut serta dalam melawan Persia bersama Athena. Athena semakin kuat dan Sparta semakin takut dengan perkembangan yang dimiliki oleh Athena. Ketika Sparta merasa terpojokkan oleh Athena yang melakukan ekspansi secara individual, ketika itu pula teori balanced power musnah dari realitas praktis.

Dengan kekuatan yang dimiliki oleh Athena sekarang mengakibatkan ketidakseimbangan kekuasaan di mata Sparta. Kekuatan militer Sparta yang populer di wilayah Yunani tidak berdampak banyak dalam menggalang sokongan dari luar wilayah karena tidak diikuti oleh kekuatan dari aspek yang lainnya, seperti ekonomi dan kebudayaan. Hal tersebutlah yang menstimulasi sifat antagonistik Sparta untuk bereaksi. Dan kondisi tersebut benar-benar bersifat alami ketimbang kita memaksakan keseimbangan kekuatan yang hanya akan menimbulkan konflik yang lebih banyak dan berbahaya karena marak terjadi spekulasi di dalam hubungan antarnegara.

Kemudian setelah Athena mampu mengakumulasi daya kekuasaan dari negara-negara luar, Sparta melakukan internalisasi sebagai upaya penguatan pondasi dalam melakukan perlawanan terhadap Athena. Hal tersebut dilakukan semata-mata karena ketakutan Sparta akan de-eksistensi yang mengancam negara tersebut. Maka demi mempertahankan kekuasaan dan kekuatan, Sparta harus melakukan perlawanan, setidaknya mampu memperlihatkan kedewasaan Sparta dalam bernegara bahkan akan lebih berdampak lebih besar, apabila Sparta mampu merebut daya kekuasasaan yang dimiliki oleh Athena.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun