Mohon tunggu...
Diksi_Istimewa
Diksi_Istimewa Mohon Tunggu... Tutor - A Learning

Keep Fighting

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bunuh Diri dan Persoalan Kesehatan Mental

14 Juli 2024   13:43 Diperbarui: 14 Juli 2024   13:46 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bunuh Diri Dan Persoalan Kesehatan Mental

Persoalan kehidupan semakin hari semakin beragam. Semakin variatif dan merata di segala lini kehidupan. Mulai dari belitan ekonomi yang menghimpit, kehidupan sosial yang keras dan menuntut bertahan, kehidupan keluarga yang kurang harmonis, lingkaran pertemanan hedonis yang rentan aksi pembullyan, pendidikan yang sebagian susah diraih, hingga rasa percaya diri ataupun rasa egois pada personal generasi yang kian hari kurang sinkron. 

Semuanya beririsan pada waktu yang relatif bersamaan. Maka bagi yang tidak kuat menerima kenyataan, persoalan demi persoalan yang terus bermunculan akan dipandang sebagai beban menekan. 

Yang lama kelamaan akan menjadi problem serius bagi kesehatan mental. Jika sudah parah, maka tidak sedikit yang pada akhirnya memilih jalan pintas, yaitu bunuh diri. Maka tak heran bila belakangan ini, aksi bunuh diri dianggap sebagai penyelesaian atas segala permasalahan dan langkah termudah melepaskan semua beban. 

Dulu, bunuh diri hanya sering dilihat di tayangan drama dari luar negeri. Bunuh diri juga sesekali menjadi ulasan berita di kota-kota besar di luar negeri. Namun, seiring derasnya arus media global, kebiasaan kelam di luar negeri itu rupanya juga merembet sampai ke dalam negeri. Aksi bunuh diri belakangan banyak juga ditemukan di negeri yang digadang-gadang akan menerima fase bonus demografi ini. Pusiknas menuliskan data setidaknya ada 451 kasus bunuh diri selama bulan 1-5 di tahun 2023 lalu. Angka ini tentu cukup mengejutkan, pasalnya kalau di rata-rata akan diperoleh angka 3 kasus bunuh diri per hari. 

Bagaimanapun, persoalan yang berujung dengan bunuh diri ini bukanlah perkara remeh. Ada bagian serius yang perlu mendapatkan perhatian, terutama yang berkaitan dengan kesehatan mental. Hanya saja kesehatan mental ini juga bukan perkara sederhana yang independen tanpa pengaruh hal lain. Kesehatan mental nyatanya berkorelasi dengan banyak hal, yang sulit diurai dengan mudah bila tidak ada aktivitas saling mendukung dan kesadaran internal penderita untuk mau sehat kembali. 

Aktivitas saling dukung menjaga kesehatan mental inilah yang sedang dibutuhkan. Pasalnya dari angka yang banyak tersebut, tidak bisa disederhanakan bahwa urusan bunuh diri dan kesehatan mental ini hanya urusan individu yang bersangkutan, tidak bisa juga dikatakan hanya karena lemahnya iman penderita. Jika sesuatu hal sudah terjadi secara berulang dalam waktu berdekatan, maka bisa dinilai sesuatu tersebut tengah trending. Sayangnya trending bukan karena kebaikan, melainkan menjurus pada perkara yang sebenarnya tidak dibenarkan oleh agama. 

Berbicara soal agama, disadari atau tidak, belakangan banyak yang bersikap menempatkan agama hanya sebatas kebutuhan di ruang ibadah ritual semata. Ketika sedang tidak dalam konteks ibadah ritual, agama dan aturan yang ada didalamnya banyak yang tidak digunakan, atau bahkan banyak yang tidak diketahui. Sehingga aktivitas hidup dijalankan dengan standar yang kurang pas. Standar yang mengacu pada selera akal manusia yang dianggap hebat, lalu dijejalkan dengan berbagai cara. 

Propaganda aturan buatan manusia yang tidak mengambil unsur ajaran agama ini pada akhirnya menjadikan aktivitas hidup semakin jauh dari bimbingan hidayah. Melakukan apapun dengan standar nilai manusia, menisbikan keridhaan Tuhan dalam banyak hal. Akibatnya tidak sedikit individu yang kehilangan jati diri nya sebagai seorang hamba beriman. 

Lemah dalam hal keyakinan pada yang seharusnya dan semestinya menjadi sandaran hidup utama. Hilang pondasi kekuatan jiwanya, hingga jika berjumpa pada masalah hidup, jadi lembek dan mudah terganggu secara mental. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun