Pemuda Ahli Ibadah, Why Not?
Kepungan gaya hidup hedonis dan liberal sulit dihindarkan, terlebih di kalangan pemuda yang setiap harinya identik dengan kebiasaan mengakses dunia maya. Sekali duduk akan banyak informasi gaya hidup ataupun aneka rupa perbuatan yang bisa mereka saksikan dari sebuah gawai.
Sayangnya, tidak semuanya yang terlihat adalah baik. Ekstremnya, tidak semua tayangan di media menunjukkan gaya hidup yang dituntunkan Islam. Jadi walaupun kebanyakan remaja berstatus agama Islam, namun dari sisi perbuatan masih diwarnai pula gaya hedon dan liberal sebagaimana yang mereka saksikan.
Kenyataan ini tentu berkebalikan dengan keumuman pemuda Islam di masa kejayaan Islam dulu. Pemuda muslim zaman Keemasan Islam identik dengan gelar pemuda berkualitas. Sibuk mereka adalah sibuk menghebatkan diri untuk memberikan sumbangsih terbaik bagi kehidupan publik. Sibuk berkreasi menciptakan karya yang bermanfaat memudahkan pekerjaan banyak orang, menemukan terobosan untuk memecahkan kesulitan.
Jejaknya dapat dilihat dengan banyaknya penemuan-penemuan ahli dan pakar dari kalangan pemuda muslim yang masih terus bertahan dan memberikan manfaat hingga saat ini. Termasuk di dalamnya adalah penemuan angka 0 oleh Al Khawarizmi, yang menginspirasi pemrograman komputer dan sejenisnya. Membuat kita bisa menikmati aneka informasi hanya dengan klik klik gawai yang ada.
Kendati pemuda muslim dahulu telah menjadi pakar, menemukan banyak karya hebat, satu predikat yang turut menempel adalah bahwa mereka ahli ibadah. Secara ritual (mahdhah), maupun ibadah yang berarti umum sebagai pelaksanaan ketaatan kepadaNya dalam segala perbuatan. Sebagai ahli ibadah, tentu mereka memiliki prinsip bahwa kesempatan hidup di dunia harus dimanfaatkan untuk terus mendatangkan kebaikan di kehidupan abadi. Oleh karenanya selain menguatkan ritual, mereka juga berinvestasi jariyah dengan berbagai karyanya. Kesibukannya nyata untuk akhirat, tak mengikuti jebakan duniawi sebagaimana yang ditawarkan sekuler kapitalis saat ini.
Berdasarkan adanya jejak pemuda ahli ibadah di masa keemasan IsIam ini, maka bukan mustahil menyiapkan pemuda saat ini untuk bisa sekualitas mereka. Minimal mendekati dalam hal ahli ibadah mahdhah. Kendati lingkungan tidak sepenuhnya kondusif, setidaknya langkah berikut masih dapat diusahakan:
1. Menjadikan pemuda gandrung akan ilmu. Tujuannya agar mereka mengenal Allah. Dengan belajar dan mengenali Allah, pemuda akan tahu siap dirinya dihadapan Allah. Akan mengetahui apa yang harus dia perbuat sebagai hamba Allah. Akan paham bagaimana caranya beribadah kepada Allah dengan benar dan ikhlas.
2. Membiasakan pemuda membersihkan hati dan jiwa dengan taubatan nasuha. Yakni menundukkan perasaan untuk mengakui kesalahan di hadapan Allah, membenci kesalahannya, dan berkomitmen tidak mengulanginya lagi.
3. Melatih pemuda hidup bersahaja. Yakni menjalani hidup sesuai kebutuhan, bukan mempertut keinginan secara berlebihan. Dan ini tentu tidak mudah ditengah arus flexing yang tengah menggurita. Namun bukan berarti tidak bisa. Namun dukungan teman yang sefrekuensi dalam kepribadian, saling dukung dan menguatkan akan membantu memudahkan langkah ketiga ini.