[caption id="" align="alignleft" width="235" caption="Pak Mujahid, Seorang Guru Abdi Di salah Satu Sekolah Didaerah Terpencil Propinsi Gorontalo"][/caption]
Terik menyengat Separuh Tubuh
Membawa Iklas Melingkar Penuh
Bukan Pengorbanan Yang baru
Telah Bertahun-tahun sejak dulu
Dia melakukan tak ada keluh
Batas Ilmunya Tak menyurut laku
Hanya bermodalkan moral yang baku
Tetaplah Berdiri Tegak wahai Sang Guru
Jangan Pernah Berhenti sampai Ajal Terpalu..
Pak Mujahid,
Kau Miskin Hanyalah seorang Guru Abdi yang tak menentu Nasibnya,
dan yang paling parah lagi, pada usia yang ke 50, kau belum juga mendapatkan pendamping hidup,,
Pak Mujahid….
apa yang kau pikirkan ??
Kenapa kau tidak mau berbuat dosa???
Apa kau tidak bosan??
Dunia begitu kejam padamu..!!!
Pak Mujahid…
Kenapa kau masih membuang waktu untuk menyembah kepada-Nya?
sesekali tengah malam kau rela membasahi sebagian tubuhmu dengan air
kau pun rela duduk berjam-jam di sejadah usangmu Untuk Menyebut dan memuji-muji namanya.
Pada hari jumat kau rela melawan teriknnya Matahari siang dan berjalan 2 km. berkumpul di Rumah Tuhan untuk Melaksanakan shalat Jumat Katamu….
Pak Mujahid
Kau Tua, Miskin, Dan Sakit-sakitan
Kau Kelihatan Begitu Bodoh..!!!
Pak,
"Kau Lah Mujahid"…
Subuh Sejuk, Januari 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H