Mohon tunggu...
Diki Zakaria
Diki Zakaria Mohon Tunggu... Editor - saya adalah penulis pemula yang baru hanya memiliki semangat

menulis adalah senjata yang bisa kita gunakan di era yang sangat cepatnya bertebaran di muka bumi. dengan teknologi yang serba cepat membuat kita harus melek terhadap perubahan yang sulit diprediksi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengembalikan Fungsi Masjid

4 Desember 2019   08:50 Diperbarui: 4 Desember 2019   09:12 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih teringat ketika penulis berkunjung ke salah satu masjid kampus terkenal di Jawa Barat yakni Masjid Salman ITB begitu nyaman yg di rasakan. Mulai dari fasilitas program sampai pelayanan, namun penulis tercengang ketika melihat ada papan pengumuman mengenai "Sosok" yang di pampang di papan pengumuman dengan headline Pencuri di Masjid Salman ITB. Dan itulah yg tertera apa adanya, bahwa sekaliber masjid pun tidak jadi jaminan orang yg datang ke masjid memiliki niat baik apalagi di sebut jiwa soleh.


Gagasan yang ingin penulis angkat disini adalah Mari kembalikan fungsi masjid sebagaimana mestinya. Banyak sekali kejadian pencurian di masjid dan jamaah pun merasa perlu menyalahkan pengelola masjid atas kehilangan yg dialaminya. Ini merupakan kesesatan cara berpikir yg hakiki. Dan anehnya lagi pengelola masjid merasa bersalah atas kejadian kehilangan tersebut.

Ibaratkan kita punya kolam ikan lele, lalu ada yang mau mengambil ikan lele dari kolam ikan kita ketika hendak mengambil tiba-tiba ikan lele melukai tangan yang ingin mengambil ikan lele. Lalu disini yang disalahkan adalah pemilik kolam ikannya. Kan unik, cara berpikir ini yg selalu muncul ketika terjadi kasus pencurian di masjid. Atau contoh lain seperti pencurian di bandara/terminal, haruskah pula kita menyalahkan pengelola terminal/bandara? Ini kembali lagi ke tanggung jawab kita untuk berhati-hati dalam menjaga barang berharga kita, karena pengelola hanya bisa mengingatkan dan menghimbau kita saja selaku penumpang.

Itulah kenapa ada beberapa masjid yang ditutup terurama di malam hari kerena untuk menghindari kejadian pencurian tersebut, di tambah dengan ketersediaan SDM yang terbatas karena kita ketahui Masjid tidak ada anggarannya dari negara dan bersifat mandiri. Jika ingin menyewa keamanan secara full 24 jam maka butuh anggaran yg cukup besar untuk menutupinya.

Sekarang yang jadi pertanyaan dari manakah pemasukan masjid secara konsisten, jawabannya adalah dari kencleng yg sering ada lihat ketika "Hanya" solat jum'at berlangsung saat khotib sedang membacakan Khutbahnya dengan ukuran kotak kencleng yang isinya kurang dari nominal parkir yang sering anda bayarkan ke tukang parkir alias receh. Mampukah dengan mengandalkan pemasukan tersebut untuk menutupi kebutuhan masjid seperti biaya kebersihan, khotib yang harus diberikan uang transport dan biaya-biaya lain yang harus ditutupi dari uang receh anda.

Mari kita bersikap bijak dalam berpikir tidak hanya menggunakan "dalil netizen" yang selalu benar dengan mengomentari semua hal. Kuy ke masjid, tapi bukan untuk menjadikannya tempat seperti Hotel yang dijamin kemanannya. Dan bijaklah dalam mematuhi imbauan pengelola masjid. Karena jadi pengurus masjid itu "Berat" biar aku ajah.

*Hanya sedikit curhatan dari orang yg berusaha memakmurkan masjid, bukan makmur di masjid.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun