Sehingga, nanti masyarakat tidak memilih berdasarkan popularitas kandidat belaka. Namun, karena sudah ada program simulasi yang dilakukan oleh para kandidat sebelumnya, masyarakat akan memutuskan pilihan mereka berdasarkan efektifitas, efisiensi dan relevansi yang mereka rasakan dari implementasi program simulasi yang di tawarkan tersebut.
Dari pembaharuan model kualifikasi tersebut akan berdampak kedalam fase kampanye yang dimana para kandidat tidak akan hanya menjual omong kosong belaka, melainkan mereka akan menawarkan pengembangan dan penyesuaian dari beberapa program yang sudah di simulasi kan kepada masyarakat.
Jadi, dalam sesi debat antar kandidat-pun, pembahasan para kandidat akan lebih terstruktur pada objek yang konkret (program simulasi). Bukan membahas hal-hal yang kurang substantif.
Akhirnya, selain mempunyai pilihan yang berlandaskan dampak program yang solutif, masyarakat juga bisa mendapatkan pendidikan politik yang berkualitas untuk pembangunan wilayah dan sumber daya yang berkelanjutan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H