(Celetupan di whatsapp)Â
[22/7 18.05] Mentari: "Hi Semesta, Aku merindukanmu", kilas batinku yang sedang kusut kasau merinding ingin menyapamu. Malam ini, entah malam keberapa dari awal pelepasan kkn dimana juga sebagai awal perpisahan raga lapuk milikku dan raga lembutmu. Oh yaa, ijinkan aku berbagi cerita tentang tanah surga yang hanya dimiliki mereka orang-orang yang gila. Tak usah di tanggapi tidak apa, asal dibaca, sapa tahu bisa jadi sebilah cerita pembelah jiwa malas para mahasiswa
[22/7 18.12] Semesta: Iya monggo
[22/7 18.12] Memtari: Tapi skip dulu, aku masih lapar dan masih ada rapat evaluaai,, lanjut next after my agenda. He he...!Â
[22/7 18.13] Semesta: Wkwkwk, Astaghfirullah..!Â
[22/7 18.13] Mentari: Kamu makan aja sana..!
[22/7 18.15] Semesta: Btw aku buat nasi jagung, ikan asin, dadar jqgung sayur manisa, peyek mantaaap
[22/7 18.16] Mentari: Wuuuh enak tuhh,,,, tinggal urap2 nya
[22/7 18.23] Semesta: Gasebegitu suka sayur wkwk
[22/7 19.40] Semesta: Lanjutkan ceritamu wahai pujangga lapuk..!Â
[22/7 19.42] Mentari: Ada dua tokoh utama, antara pemilik rumah pintar yang sedang sering-sering nya mengundang pemateri kawakan, dan pemilik apotek alam yang sering menanam tanaman-tanaman yang melenceng dari akal. Dua dua Memiliki pemikiran liar yang tidak dapat kita temukan pada sosok jiwa lain.Â