"Terima kasih telah menghubungi Monika Dewi. Silakan beri tahu apa yang dapat kami bantu." demikian whatsapp saya dibalas Monika Dewi, pemilik usaha Mon Mon Kitchen.Â
Ya tentu saja itu adalah jawaban otomastis dari WA yang merupakan salah satu fitur yang tersedia di akun whatsapp bisnis. Namun beberapa saat kemudian si empunya WA pun menjawab. Obrolan ringan perihal perjalanan usahanya  pun terjadi. Dan inilah kisah panjang es krim Mon Mon yang rahasianya berhasil penulis ungkap.
Siapa yang tidak menyukai es krim, jika kita tanya pada 10 orang bisa jadi 8 dari 10 orang akan menyukai makanan segar ini. Dialnsir kompas.com keberadaan es krim sudah ada sejak 200 sebelum masehi di China. Ketika itu es yang disajikan diambil dari salju dari pegunungan dan dihidangkan bersama buah-buahan dan madu. Â Es krim berevolusi dari es rasa yang populer di kalangan bangsawan Romawi pada abad ke-4 sebelum masehi.
Dan kini dengan begitu banyak variannya, es krim bisa dinikmati siapa saja, kita bisa dapatkan di toko, mini market, atau gerai khusus es krim. Bermula 8 tahun silam, selepas Monika resign dari suatu pekerjaan ia mulai mencoba membuat es krim. Anaknya yang memang doyan es krim menjadikan sang ibu untuk mencoba membuat es krim sendiri. Bermodal otodidak, beberapa kali percobaan kerap gagal. Hingga suatu waktu ia menemukan group Facebook yang mengkhususkan membahas es krim. Dari sanalah ibu dua anak ini belajar dan akhirnya bisa membuat es krim, yang kemudian menjadi usahanya.
- Susu, maizena, buah duren gula,susu kental manis semuanya diaduk jadi satu dijadikan semacam bubur atau vla.
- Setelah adonan atau vla itu dingin lalu masukan ke dalam freezer
- Vla yang setengah beku keluarkan di mixerÂ
- Campur whip cream yang bubuk
- Aduk dengan mixer hingga mengembang
- Masukan kembali ke dalam mixer selama 1 hingga 2 jam
- Keluarkan lalu mixer lagi hingga lembut dan mengembang
- Cetak ke dalam box atau cup
- Lalu buatlah hingga beku, dan es krim siap dipasarkan
Pada dasaranya cara pengolahan es krim yang Monika lakukan ini mirip juga dengan orang lain membuat es krim serupa. hanya saja Monika punya rahasia tadi. Yakni ia hanya menggunakan gula asli bukan biang gula, karena itulah walaupun es krimnya dimakan banyak tidak meembuat batuk.Â
Satu rahasia lagi, Monika menjadikan anaknya sebagai "percobaan".  Ia sadar betul jika  konsumen es krimnya adalah anak-anak, karena itulah ia selalu meminta anaknya untuk mencoba kreasi eskrimnya pada anaknya sendiri. Jika anaknya suka, maka es krim tersebut akhirnya ia produksi untuk kemudian dipasarkan.
Di dunia makanan ada profesi namanya food tester alias pencicip makanan. Ini adalah profesi yang menggiurkan, selain akan mencicipi makanan ia juga biasanya digaji besar. Nah, Monika ini cukup cerdik . Ia "memperkerjakan" anaknya sebagai food tester. Dan lidah anaknya ini tentu mewakili ratusan atau mungkin ribuan anak sebagai konsumen es krimnya itu.
Usaha Monika melalui MonMon Kitchen ini makin berkembang. Omsetnya pun bisa mencapai 9jt-an per bulan.  Naik turun usaha pun dialami Monika, hingga musibah pun tiba. Monika terkena stroke ringan yang ia dera dari 2018 hingga pertengahan 2020. Â
Usaha es krim akhirnya ditangani sang suami. Tapi ternyata garis tangan memang berbeda, kualitas es krim suaminya tidak seenak  dirinya. Hingga akhirnya Monika bisa memulai kembali usaha es krimnya ini. Namun, tak lama kemudian covid 19 pun mendera negeri ini. Omset tentu saja menurun drastis, walau demikian ia dan suami terus berupaya termasuk berinovasi menciptakan varian produk lainnya.