Mohon tunggu...
Diki Umbara
Diki Umbara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis dan Merayakan

Trainer/Blogger/Lecturer

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Renjana dari Langit

22 Juni 2012   17:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:39 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Renjana dari Langit

Annisa Nadzirani Thaib & Diki Umbara

Sebelumnya aku belum pernah membagi sebagian hati.
Bertemu kau, aku luluh dalam pengecualian yang hidup dalam keyakinan.
Berdegup seluruh jenggala tubuhku; baru saja kau ketuk birai pintu jantungku,
dengan hatimu.

Berkelebat namamu dalam semesta di hadapanku,
berjalan mengalir di pemubuluh darahku, di kepalaku kita menyatu.
Bersimbur mengalir lewat nadi,
hingga kelak namaku namamu dirapal abadi.

Mengerang enggan kau aku lepaskan.
Senyatanya, kau sisipkan pelan belati rindu,
Jatuh cinta di tanganmu.
Melekap kita di rimbun pohonan; rindumu ruam kujaga,
Agar kita tetap dalam renjana di taman yang sama.

Aku mengetuk keterasingan kita dalam diam, lewat pelukan-pelukan;
Perlahan meramu mimpi, mengeja isi hati.
Mataku merangkup matamu; binar yang tak ingin kuhentikan,
mendera hendak kunyatakan.

Merunut jalan menuju kau yang melengkung senyuman,
Bias matamu membiru-hijaukan pengharapan.
Kau…. doa yang Tuhan kabulkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun