Pecah tangis berkeping di ruang hatiku
Wajah-wajah debu menyeringai mengusik hidupku
Di atas atap kesepian kelam menjulang
yang di gelisahkan oleh langit-langit kamar
yang terhimpit dengan madu rayu kehidupan
O, Tuhanku
Aku telah membuat tikar tafakur itu kering kaku
Dihujani debu-debu dari atas kepalaku
O, Tuhanku
Aku telah membuat kitab suci itu menitikan air mata rindu
Mengairi di bawah kakiku
Ketika kudengar sebuah suara
Dari dalamku tafakur
Malam kian tinggi bertahta
Mahkota cahaya di pucuknya terulur
Kupanggili nama-Mu
Pada temaram waktu
Pada butiran-butiran tasbih
Pada cahaya lembut memabukkan
Ketika tangis memecah keheningan malam
Menyejukkan tikar tafakur
Menuai air mata rindu kitab suci
Dengan puisi ini aku bersaksi;
Sebagai kesaksian akhir tahun
Atas debu-debu yang berhamburan
Disekujur hari yang kujalani
Atas anyir pikiran tohor yang kotor
Di setiap kata yang terus terucapkan kembali.
Ciledug, 14 Desember 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H