Tibalah kita pada stasiun Jakarta-Kota, petang itu
Yang peluitnya melengking memanggil mimpi
Yang diminta mencari mimpi pada rentetan gerbong sebelum berjubal orang-orang
"Masinis segera menarik kereta. Tentunya dengan mesin-mesin yang tertanam di badan kereta itu." terkamu. jawabanmu tepat.
Dan kita kehilangan tempat. Dan kita melakukan perjalanan sendiri-sendiri
Deras hujan petang itu semestinya menyembunyikan air mata
Tapi "air mata ini seperti menandingi air hujan, menjadi lautan di hatiku." kataku dalam hati
Lalu kamu mencium tanganku, setelah uang 20. 000 kau keluarkan dari ranselmu; untukku
Tiap rintik air hujan. Wajahmu menjelma lautan rindu.
Ciledug, 3 Desember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H