ASEAN atau “Association of Southeast Asian Nations” merupakan sebuah organisasi regional yang kini terdiri dari 11 negara anggota yaitu Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Vietnam, dan yang terakhir gabung Timor Lester pada 2022 lalu. Meskipun terdapat berbagai kesamaan dalam hal budaya, agama, dan sejarah di antara negara anggota ASEAN, masing-masing memiliki karakteristik unik terkait hal kebijakan pemerintah, perkembangan ekonomi, dan stabilitas politik. Oleh karena itu, penting untuk memahami risiko yang mungkin terjadi di setiap negara anggota ASEAN saat melakukan analysis country risk.
Analysis country risk adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk mengevaluasi potensi risiko dalam berbisnis atau berinvestasi di suatu negara tertentu. Risiko yang diidentifikasi dalam analysis country risk mencakup faktor ekonomi, politik, sosial budaya yang bisa memengaruhi keuntungan atau kerugian bagi perusahaan atau investor.
Berikut adalah beberapa faktor risiko yang perlu dipertimbangkan saat melakukan analysis country risk di ASEAN:
- Stabilitas politik: Stabilitas politik adalah faktor utama dalam menentukan keamanan dan stabilitas suatu negara. Meskipun banyak negara anggota ASEAN telah mengalami kemajuan signifikan dalam hal stabilitas politik, beberapa negara masih rentan terhadap konflik internal, terorisme, dan kekerasan. Oleh karena itu, perusahaan atau investor perlu mempertimbangkan faktor-faktor ini saat melakukan bisnis di negara-negara yang rentan terhadap risiko politik. Salah satu contoh kasus terkait stabilitas politik di ASEAN adalah krisis politik yang dihadapi Malaysia pada tahun 2020, di mana Perdana Menteri Malaysia yang saat itu mengundurkan diri setelah diumumkannya keadaan darurat nasional terkait pandemi COVID-19.
- Kondisi ekonomi: Kondisi ekonomi yang stabil dan tumbuh pesat dapat memberikan peluang besar bagi perusahaan atau investor. Di sisi lain, negara-negara dengan ekonomi yang lemah atau stagnan dapat memberikan risiko keuntungan yang lebih rendah atau bahkan kerugian. Dalam konteks ASEAN, hampir mayoritas negara telah dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami pesatnya pertumbuhan ekonomi, meskipun masih ada perbedaan signifikan dalam tingkat kemajuan ekonomi antara negara anggota. Salah satu contoh kasus terkait kondisi ekonomi di ASEAN adalah ketidakpastian ekonomi yang dihadapi Indonesia selama pandemi COVID-19 pada tahun 2020. Ketidakpastian ini terkait dengan penurunan permintaan global, gangguan pasokan, dan penurunan harga komoditas, yang semuanya mempengaruhi kinerja ekonomi Indonesia.
- Kebijakan pemerintah: Kebijakan pemerintah dapat berdampak besar pada bisnis dan investasi di suatu negara. Beberapa kebijakan pemerintah seperti pajak, regulasi, dan hukum dapat memudahkan atau mempersulit kegiatan bisnis. Oleh karena itu, perusahaan atau investor perlu memperhatikan kebijakan pemerintah saat melakukan analysis country risk. Contoh kasus terkait regulasi di ASEAN adalah adopsi Undang-Undang Investasi yang baru di Indonesia pada tahun 2020. Undang-undang tersebut bertujuan untuk meningkatkan iklim investasi di Indonesia dan memberikan perlindungan yang lebih baik bagi investor asing.
- Kestabilan mata uang: Kestabilan mata uang merupakan faktor penting dalam kegiatan bisnis internasional. Pergerakan nilai tukar mata uang dapat berdampak besar pada keuntungan atau kerugian bagi perusahaan atau investor. Dalam beberapa tahun terakhir nilai tukar mata uang beberapa negara ASEAN telah mengalami fluktuasi, sehingga perusahaan atau investor perlu mempertimbangkan faktor ini saat melakukan analisis country risk. Contoh kasus terkait risiko mata uang di ASEAN adalah fluktuasi nilai tukar rupiah Indonesia terhadap dolar AS pada tahun 2020. Peningkatan ketidakpastian ekonomi global telah memicu penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang dapat mempengaruhi kinerja bisnis dan investasi di Indonesia.
- Ketersediaan tenaga kerja: Ketersediaan tenaga kerja yang berkualitas dapat mempengaruhi produktivitas dan kinerja bisnis. Beberapa negara anggota ASEAN memiliki kelebihan tenaga kerja yang tersedia dan terampil, sementara negara-negara lain menghadapi masalah dalam ketersediaan tenaga kerja terampil dan terlatih. Oleh karena itu, perusahaan atau investor perlu mempertimbangkan faktor ini saat melakukan analysis country risk. Contoh kasus terkait ketersediaan tenaga kerja di ASEAN adalah kekurangan tenaga kerja terampil di sektor teknologi informasi di Vietnam. Meskipun Vietnam memiliki populasi yang besar dan berkembang dengan cepat, kekurangan tenaga kerja terampil di sektor teknologi informasi menjadi masalah bagi perusahaan teknologi di negara tersebut.
- Tingkat korupsi: Tingkat korupsi yang tinggi dapat mempersulit kegiatan bisnis dan investasi di suatu negara. Beberapa negara anggota ASEAN memiliki masalah dengan korupsi dan tata kelola yang buruk, sehingga perusahaan atau investor perlu mempertimbangkan faktor ini saat melakukan analysis country risk. Salah satu contoh kasus terkait tingkat korupsi di ASEAN adalah kasus skandal korupsi besar-besaran di Malaysia yang melibatkan bekas perdana menteri Malaysia. Skandal ini menimbulkan ketidakpercayaan dan merugikan investasi di Malaysia.
- Faktor lingkungan: Faktor lingkungan dapat mempengaruhi kegiatan bisnis dan investasi, terutama dalam industri yang terakita dengan SDA dan lingkungan. Beberapa negara anggota ASEAN menghadapi masalah dalam hal pengelolaan lingkungan dan keberlanjutan, sehingga perusahaan atau investor perlu mempertimbangkan faktor ini saat melakukan analysis country risk. Contoh kasus terkait faktor lingkungan di ASEAN adalah pencemaran lingkungan akibat aktivitas pertambangan dan perkebunan di Kalimantan, Indonesia. Aktivitas ini telah merusak lingkungan dan mempengaruhi kesehatan masyarakat di daerah tersebut
Di atas merupakan beberapa contoh faktor dan studi kasus yang perlu diperhatikan dalam melakukan dalam analysis country risk di ASEAN. Di samping itu perusahaan atau investor juga perlu mempertimbangkan kondisi geopolitik dan hubungan antara negara-negara anggota. Beberapa negara anggota ASEAN mengalami ketegangan dan konflik dalam hal klaim wilayah dan hak-hak maritim, sehingga perusahaan atau investor perlu mempertimbangkan faktor ini dalam pengambilan keputusan investasi.Selain itu, perusahaan atau investor juga perlu mempertimbangkan tren dan potensi pertumbuhan bisnis di masing-masing negara di ASEAN. Sejumlah negara memiliki potensi pertumbuhan yang besar dalam sektor tertentu seperti industri manufaktur, pariwisata, dan teknologi informasi, sehingga perusahaan atau investor dapat mempertimbangkan faktor ini dalam pengambilan keputusan investasi.
Tak hanya itu, sektor keamanan dan infrastruktur juga perlu menjadi perhatian. Sebab negara seperti Myanmar, Timor Leste, Laos dan Kamboja masih memiliki tingkat keamanan dan infrastruktur yang masih lebih rendah di banding negara-negar ASEAN lainnya. Kedua faktor itu juga sangat menunjang oprasional perusahaan atau bisnis yang akan dikembangkan di kawasan ASEAN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H