Hampir sepuluh tahun lamanya saya bekerja di Arab Saudi. Selama itu pula ada satu pertanyaan yang sampai saat ini belum saya temukan jawabannya. Kadang saya sering bertanya-tanya dalam hati seperti apa sebenarnya perasaan para perempuan arab khususnya Arab Saudi? Kenapa saya katakan khususnya Arab Saudi? Karena negara inilah negara yang paling konservatif bila dibanding dengan negara timur tengah lainnya. Bayangkan saja aturan-aturan terhadap kaum perempuan begitu ketatnya.Â
Saya ambil beberapa contoh saja. Para perempuan Arab Saudi dilarang mengemudi atau mengendarai mobil sendiri.Perempuan Arab Saudi tidak diperbolehkan jalan dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Perempuan Arab Saudi diharuskan memakai pakaian luar berwarna hitam jika mereka keluar rumah atau pergi ke tempat umum. Jadi mereka tidak bisa sesuka hati mengenakan pakaian yang mereka inginkan jika hendak keluar rumah. Nah Itu hanya sebagian contoh saja.
Bagaimana dengan urusan pekerjaan. Pekerjaan pun dibatasi, ada beberapa pekerjaan yang tidak diperbolehkan di isi oleh kaum perempuan. Sebagai contoh outlet pakaian. Hampir seluruh outlet-outlet pakaian ya pekerjanya laki-laki. Hanya outlet pakaian dalam wanita saja yang pekerjanya perempuan. Bahkan dulu hanya jadi cashier mini market atau super market saja pemerintah Arab Saudi tidak mengijinkannya, tapi akhir-akhir ini yang saya perhatikan sudah banyak super market yang mempekerjakan perempuan sebagai cashier.
Bagaimana dengan hubungan antara laki-laki dan perempuan Arab? Wah kalau soal ini apalagi. Peraturan di sini sangat ketat soal yang satu ini. Saya punya banyak cerita soal yang satu ini. Salah satunya saya sering menemukannya di tempat pekerjaan. Ambil contoh jika laki-laki ingin berkenalan dengan perempuan biasanya mereka akan saling lempar kertas yang berisi no telepon ataupun pin BB.Â
Adapun sebagian laki-laki yang cukup berani akan menunggu di depan pintu masuk. Kenapa cuma di depan pintu masuk atau keluar? Ya karena setiap restaurant memiliki ruang khusus untuk perempuan. Jadi tak sembarang laki-laki bisa masuk. Setelah mereka bertemu di pintu masuk atau pintu keluar, si laki-laki akan memberikan selembar kertas berisi no telepon atau pin BB. Setelah itu entahlah apa yang terjadi selanjutnya.
Nah dengan sebagian cerita yang saya uraikan di atas, makanya saya sering bertanya-tanya, bagaimana ya perasaan mereka para perempuan Arab. Apakah mereka merasa sangat tertekan? Apakah mereka ada keinginan untuk memberontak dari peraturan yang selama ini ditetapkan? Apakah mereka merasa biasa-biasa saja karena hal itu sudah menjadi budaya sekaligus aturan yang sudah di jalankan bertahun-tahun lamanya? Pertanyaan-pertanyaan  itu masih tersisa di hati saya tapi biarlah itu, cukup mereka para perempuan Arab yang tahu jawabannya.
Â
Artikel lainnya: perempuan arab berabaya
http://m.kompasiana.com/diki_abdi_haikal/perempuan-ber-abaya_54ff5816a33311d54c50fdc9
Â
Salam
05092016