Sesuai dugaan saya. Motor itu pun berhenti. Dua laki-laki berumur sekitar tiga puluhan berada di atas motor. Si pengendara berwajah cukup seram. Rambutnya gondrong di ikat ke belakang. Ada codetan bekas luka di sekitar dagunya. Sedang yang satu lagi berambut cepak dan berbadan tegap. Degup jantung saya semakin cepat ketika saya melihat tampang mereka berdua.
"Mogok Mas?" Tanya si rambut gondrong sambil menghentikan motornya tepat di pinggir motor saya.
"Iya Bang, abis bensin nih." Jawab saya. Saat itu saya benar-benar gemetar. Saya sudah pasrah kalau mereka mengambil motor saya. tapi bagaimana kalau mereka mengambil motor terus membunuh dan membuang mayat saya ke sungai. Saya bergidik berkali-kali.
"Waduh mana pom bensin sudah ke lewat. Jauh lagi." Ucap si rambut cepak.
"Iya nih bang saya juga bingung. Toko di kampung sana yang jualan bensin pasti sudah pada tutup."
"Udah sini biar saya yang beliin bensin." Tawar si rambut gondrong. Awalnya saya ragu. Bagaimana kalau mereka pura-pura mau beliin bensin, terus malah kabur bawa duit saya. Tapi kemudian saya pikir lagi. Bodo amat lah cuma duit seharga dua liter bensin ini.
"Wah saya jadi ngerepotin nih bang." Saat itu pikiran negatif kalau mereka orang jahat masih ada di kepala saya.
"Nggak apa-apa nyantai saja" jawab si rambut gondrong. Kemudian ia menepuk paha si rambut cepak sambil berkata, "Lo mending temenin dia di sini ya."
"Gak apa-apa bang saya sendiri saja di sini."
"Udah biar temen saya temenin kamu di sini. Entar kalau ada orang jahat, kamu sendirian gimana? Mana jalan ini sepi banget lagi!"
Si rambut cepak turun dari motor dan tersenyum kepada saya, " kamu tenang saja, kami bukan orang jahat kok."