Kritik adalah sebuah tanggapan terhadap suatu karya, pendapat, keadaan, kebijakan dan sebagainya. Namun, kekurangan hasil dari kritik secra langsung malah memberikan sebuah permasalahan baru bukan jalan keluar. Alhasil permasalahan menjadi tak jelas arah penyelesaiannya.
Teks anekdot, hadir untuk mengatasi kekurangan itu. Teks anekdot adalah teks humor, namun di dalamnya terdapat kritik yang diselipkan. Sehingga kritik yang disampaikan tidak akan begitu memicu kegaduhan akibat efek humor yang diselipkan di dalamnya. Berikut adalah contoh dari teks anekdot.
1. Cuma Takut Tiga Roda
Suatu hari, saat Abdurarahman Wahid menjabat sebagai Presiden RI, ada pembicaraan serius. Pembicaraan bertopik isu terhangat dilakukan selesai menghadiri sebuah rapat di Istana Negara Diketahui, pembicaraan itu mengenai wabah demam berdarah yang kala itu melanda kota Jakarta.
Gus Dur pun sibuk memperbincangkan penyakit mematikan tersebut. "Menurut Anda, mengapa demam berdarah saat ini semakin marak di Jakarta Pak?" tanya seorang menterinya.
"Ya karena Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso melarang bemo, becak, dan sebentar lagi bajaj dilarang beredar di Kota Jakarta ini. Padahal kan nyamuk sini cuma takut sama tiga roda...!"
2. Sesama Setan
Dilarang Saling Melempar
Seorang Presidendan Menpen (Menteri Penerangan) di Era pemerintahan Orde Baru mempunyai pengalaman menarik dalam menunaikan ibadah haji di Mekkah.
Pengalaman ini khususnya terjadi pada saat dia melempar jumrah. Bayangkan, setiap kali dia melempar jumrah, batunya selalu berbalik (memantul) menimpa dirinya. Sudah tujuh kali batu yang dia lontarkan berbalik menimpa dahinya dengan cara yang sama.
Sudah tentu dia bingung dan mulai ketakutan. Reaksi Dia menoleh ke kanan dan ke kiri. Mau minta petunjuk presiden, tentu tidak mungkin, karena sama-sama sedang sibuk. Di tengah kebingungan itulah tiba-tiba dia mendengar suara halus di telinganya. "Sesama setan dilarang saling melempar".