Mohon tunggu...
Diki Iskandar
Diki Iskandar Mohon Tunggu... Dosen - penulis

hobi dan minat terhadap bahasa dan sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembelajaran Berbasis Fenomena (PBF)

14 Desember 2022   10:24 Diperbarui: 14 Desember 2022   10:39 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

         Pembelajaran adalah proses atau cara agar terjadinya suasana belajar. Pembelajaran dapat dilakukan di manapun, kapanpun, dan oleh siapapun. Namun, dalam konteks pembahasan ini penulis akan membatasi definisi pembelajaran sebagai proses belajar yang dilaksanakan di sekolah; kelas. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran yang dilakaukan, membutuhkan penyokong prosesnya, agar hasil belajar dapat sesuai dengan standardisasi tertentu yang dibebankan (kurikulum, KKM dll.). Bahan ajar yang baik, model dan metode pembelajaran yang sesuai merupakan kebutuhan yang harus dipersiapkan dan diperhatikan.

        Pelbagai model pembelajaran dapat digunakan oleh guru di sekolah. Model pembelajaran yang dimaksud adalah Phenomenon Based Learning atau dalam istilah bahasa Indonesia Pembelajaran Berbasis Fenomena (PBF). Model PBF dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme yang mengutamakan proses konstruksi pemahaman materi pada siswa. Pembelajaran menurut teori tersebut adalah suatu metode pembelajaran yang mengkualifikasikan siswa untuk aktif dalam menumbuhkan konsep, pemahaman, dan wawasan baru bersumber pada fakta yang diperoleh. Dengan demikian, metode pembelajaran harus dipersiapkan dan dijalankan sebaik mungkin agar mampu memotivasi siswa untuk mengorganisasi pengalamannya sendiri sebagai pengetahuan yang bermakna (Rizkyanda & Jamal, 2013).

Sintaks atau langkah-langkah dari Model Pembelajaran Berbasis Fenomena (PBF), yaitu dimulai dari:

  • mengorientasikan siswa terhadap fenomena,
  • mengorganisasikan siswa untuk belajar,
  • membimbing percobaan secara kelompok,
  • mempresentasikan hasil percobaan, dan
  •  menganalisis serta mengevaluasi penjabaran fenomena yang disajikan pada tahap pertama (Pareken, Patandean, & Palloan, 2015).

       Nah itulah sedikit pembahasan mengenai PBF. Model pembelajaran ini secara subjektif penulis sarankan karena peserta didik dalam proses belajar dituntut tidak hanya menguasai mengenai teori tanpa adanya pemahaman terhadap teori tersebut. Fenomena yang muncul dapat menjadi salah satu pemicu bagi peserta didik untuk berpikir kritis serta dapat meningkatkan pemahamannya terhadap hal dipelajari.

referensi

Pareken, M., Patandean, A. J., & Palloan, P. (2015). Penerapan model pembelajaran berbasis

fenomena terhadap keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar fisika peserta didik kelas X 

SMA Negeri 2 Rantepao Kabupaten Toraja Utara. Jurnal Sains Dan Pendidikan Fisika (JSPF),

11(3), 214--221.

Rizkyanda, N., & Jamal, M. A. (2013). Meningkatkan pemahaman konsep siswa melalui model

pembelajaran berbasis fenomena (PBF). Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 1(1), 60--69.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: KIP 2023 UNISAL

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun