Mohon tunggu...
Dika Syahputra
Dika Syahputra Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hoby menulis dan literasi

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Menyoal Libur Sekolah Masa Ramadan, Perlukah?

31 Januari 2025   12:49 Diperbarui: 31 Januari 2025   12:49 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

WACANA soal libur sekolah selama Ramadhan menjadi perbincangan hangat Ketika isu ini digulirkan oleh Menteri Agama (Menag), Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar. Isu ini menuai pro dan kontra di kalangan Masyarakat.

Bagi kalangan yang pro mengatakan libur pada masa Ramadhan akan memberikan kesempatan siswa bisa melaksanakan pembelajaran seperti yang ada dalam kurikulum merdeka yakni berbasis proyek sosial sebagaimana dikemukakan oleh pengamat Prof.Afrianto Daud.

Di sisi lainnya, yang menolak akan wacana libur sekolah Ramadhan diberlakukan akan menimbulkan kekhawatiran jika libur selama Ramadan bisa menambah besar dampak ketertinggalan belajar atau learning loss yang tersisa dari Pandemi Covid-19.

Harus Dipertimbangkan Dampaknya Perdebatan soal wacana libur sekolah selama Ramadhan bukanlah soal baru, program ini telah dilaksanakan pada tahun 1999, yaitu masa pemerintahan Presiden keempat, KH. Abdurrahman Wahid, yang biasa disapa Gus Dur. Pada masa itu, selain meliburkan sekolah selama sebulan penuh, Gus Dur juga mengimbau sekolah-sekolah membuat kegiatan pesantren kilat.

Tujuannya, agar para siswa dapat lebih fokus untuk belajar agama Islam. Selain itu, sekolah juga meminta siswanya untuk melaporkan kegiatan ibadah selama Ramadan, seperti tadarus hingga tarawih.

Menyoal perdebatan soal wacana libur sekolah masa Ramadhan ini, pemerintah agar mempertimbangkan secara matang soal model yang akan ditawarkan. Model yang akan ditawarkan harus mempertimbangkan segala aspek supaya memberikan manfaat yang maksimal bagi anak.Selain aspek positif terkait hal ini harus juga menjadi pertimbangan pemerintah yaitu dampak negatif yang akan memunculkan masalah sosial jika anak diliburkan selama Ramadan.

Sebagai contoh, banyak kasus tawuran saat sahur tiba dan kekerasan lainnya terjadi di lingkungan masyarakat pada musim libur, kecanduan gadget atau game online.

Selain dampak sosial, akan menyebabkan learning loss atau ketertinggalan pembelajaran. Selain itu, terkait pemantauan dan pengawasan siswa oleh guru dan orangtua akan amat lemah jika sekolah diliburkan. Terlebih bagaimana dengan siswa yang non muslim, apakah tetap diberlakukan.

Selain mempertimbangkan aspek terhadap siswa, harus dipertimbangkan juga dampaknya terhadap para guru, baik menyoal bagaimana proses pembelajarannya. Apalagi menyoal kesejahteraan guru, terlebih guru honorer, notabene dibayarkan ketika pembelajaran berlangsung, jika libur sekolah Ramadhan diberlakukan satu bulan penuh, maka akan berdampak terhadap kesejahteraan guru, apakah pemerintah sanggup untuk menanggung segala resiko terkait kesejahteraan guru, sebuah persoalan serius bukan perkara mudah.

Semua Ini yang harus dipertimbangkan secara matang oleh pemerintah agar bisa memberikan kemanfaatan bagi siswa, guru, masyarakat dan Pendidikan kita.

Kolaborasi Bukan Soal Gengsi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun