Tak hanya sektor perikanan, lautan kita juga memiliki potensi penghasil energi listrik yang melimpah. Listrik adalah salah satu tonggak teknologi yang sering kita gunakan sehari-hari. Pada umumnya, listrik di Indonesia masih membutuhkan fosil. Elemen fosil sebagai penghasil energi listrik yang terbatas, bisa digantikan dengan memanfaatkan lautan. Seperti ladang energi, mengingat sekitar 60% Indonesia merupakan perairan. Pemanfaatan laut sebagai energi terbarukan ini sudah banyak dikembangkan di negara-negara eropa. Di Indonesia sendiri, ada beberapa faktor yang menguntungkan untuk pemanfaatan energi dari laut. Pemanfaatan energi dari laut sangat beragam cara dan mekanismenya.
A. Pemanfaatan Laut Sebagai Penghasil Energi Listrik
1. Gelombang laut
Pembangkit listrik tenaga gelombang laut, bermula dari potensi energi gelombang laut yang memiliki energi kinetik. Energi kinetik tersebut ditangkap oleh mesin pengubah energi gelombang laut, yang kemudian diteruskan ke turbin. Turbin kemudian berputar menghasilkan energi mekanik yang diteruskan ke generator. Kemudian menghasilkan energi listrik untuk disalurkan ke jaringan atau konsumen akhir.
Berdasarkan prinsip kerjanya, ada empat jenis pembangkit listrik tenaga gelombang laut, Yaitu :
- Pembangkit listrik tenaga gelombang laut Oscillatting Water Column (OWC)
- Pembangkit listrik tenaga gelombang laut Archimedes Wave Swing (AWS)
- Pembangkit listrik tenaga gelombang laut Pelamis
- Pembangkit listrik tenaga gelombang laut Duck
2. Pasang surut laut
Disebut juga Energi Tidal. Pemanfaatan pasang surut air laut untuk pemabangkit listrik, dimulai dengan memanfaatkan perbedaan tinggi air antara pasang dan surut untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik. Pemanfaatan energi tidal juga bisa diaplikasikan di sekitar muara/teluk.
Energi Tidal dibagi menjadi dua jenis berdasarkan metodenya, yaitu :
- Barrage tidal system/DAM pasang surut
- Offshore turbines/turbin lepas pantai
3. Arus laut
Cara kerja dari pembangkit listrik tenaga arus laut, hampir seperti pembangkit listrik tenaga angin. Energi kinetik dari arus laut sebagai penggerak rotor, kemudian menjadi energi rotasi dan energi listrik.
Berdasarkan teknologinya, energi listrik tenaga arus laut dibedakan menjadi empat generasi. Yaitu :
- Turbin arus laut generasi ke -- I, yaitu kapasitas sebesar 2 KW
- Turbin arus laut generasi ke -- II, yaitu kapasitas sebesar 10 KW dengan poros lepas pantai
- Turbin arus laut generasi ke -- III, yaitu kapasitas sebesar 10 KW dengan poros apung
- Turbin arus laut generasi ke -- IV, yaitu kapasitas sebesar 10 KW dengan poros ganda
4. Perbedaan suhu air laut
Pembangkit listrik tenaga perbedaan suhu air laut Atau OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion), memanfaatkan perbedaan temperatur suhu untuk menggerakkan mesin energi panas laut. Uap menjadi peran utama sebagai penggerak turbin. Yang tak lain kinerja dari suhu panas air laut yang hangat. Disini, mekanisme pompa juga diperlukan. Yaitu untuk memompa air dingin untuk siklus kondensasi uap.
Berdasarkan siklusnya, energi listrik tenaga perbedaan suhu dibagi menjadi tiga. Yaitu:
- Siklus tertutup
- Siklus terbuka
- Siklus hybrid
B. Kondisi Indonesia Terkait Pemanfaatan Energi Laut
Indonesia sebagai negara maritim, memiliki kepanjangan garis terluar pantai sekitar 108.000 KM. Kondisi ini berpotensi besar dan mendukung untuk menciptakan sistem pemanfaatan energi listrik dari laut. Indonesia yang terletak antara Samudra pasifik dan Samudra hindia, mengakibatkan arus laut bergerak dengan kecepatan yang terbilang tinggi. Indonesia juga memiliki banyak pulau dan selat. Sehingga cocok dengan mekanisme energi arus laut. Faktor alam di Indonesia memang terbilang cocok untuk pemanfaatan energi dari laut. Namun, pemanfaatan energi laut juga memiliki keunggulan dan kekurangan tersendiri.
Pemanfaatan energi laut memiliki banyak keunggulan. Diantaranya, cocok untuk memenuhi kebutuhan listrik di kota-kota pelabuhan dan pulau terpencil. Dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tak lain lautan, maka tidak perlu khawatir akan kepunahan sumber daya. Tentunya lebih ramah lingkungan. Hal ini karena memanfaatkan sumber daya kelautan yang alami dan terus terbarukan.
Tak hanya kelebihan, bagi Indonesia pemanfaatan energi laut juga memiliki kekurangan. Diantaranya, jumlah energi yang dihasilkan lebih sedikit. Biaya Pembangunan dan bahan baku pembangkitnya lebih mahal daripada biaya ketenagalistrikan pada umumnya. Bahkan, kebijakan pemerintah saat ini lebih dominan berpihak pada pemanfaatan energi dengan bahan bakar fosil bersubsidi.
Referensi :
roni kurniawan. (2011). Variasi Bulanan Gelombang Laut DI Indonesia. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika.
Nagifea, F. (2022). POTENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GELOMBANG LAUT (PLTGL) SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI INDONESIA. Jurnal Technopreneur (JTech), 10(2), 17 - 24. https://doi.org/10.30869/jtech.v10i2.968
Lusi, M., Sahupala, P., Wullur, C., Parenden, D., Rahangmetan, K., & Sariman, F. (2020). Studi Pemanfaatan Pasang Surut Air Laut Untuk Pembangkit Daya. Musamus Journal of Electro & Mechanical Engineering, 2(02). https://doi.org/10.35724/mjeme.v2i02.3074
daif rahuna. (2017). Kajian Pemanfaatan Energi Arus Laut Di Indonesia. Wave: Jurnal Ilmiah Teknologi Maritim.
Abbas, S. M., Alhassany, H. D. S., Vera, D., & Jurado, F. (2023). Review of enhancement for ocean thermal energy conversion system. Journal of Ocean Engineering and Science, 8(5), 533--545. https://doi.org/10.1016/j.joes.2022.03.008
Luhur, E. S., Muhartono, R., & Suryawati, S. H. (2015). ANALISIS FINANSIAL PENGEMBANGAN ENERGI LAUT DI INDONESIA. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan, 8(1), 25. https://doi.org/10.15578/jsekp.v8i1.1192
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H