Mohon tunggu...
Dika Pratamax
Dika Pratamax Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Tuhan Ciptakan Sepasang Mata Untuk Menelanjangi Realita , Otak Untuk Mencumbui Fikiran dan Lekukan Jemari Untuk Menjamah Isi Dunia dengan Tulisan "Sadumuk Bathuk Sanyari Bumi, Mikul Dhuwur Mendhem Jero"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Peran Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Pers Terhadap Nilai Kebenaran Dunia Jurnalistik

26 Desember 2013   22:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:27 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Masih ingatkah Anda dengan peristiwa tsunami Aceh 2004 silam. Dimana hampir seluruh wilayah Aceh disapu bersih oleh gelombang besar. Ketika peristiwa tersebut terjadi pasti sangat sulit bagi pemburu berita (wartawan) untuk dapat segera sampai ke tempat yang menjadi sumber berita tersebut. Mulai dari akses jalan yang sulit hingga waktu yang tidak cukup untuk mendapatkan informasi secara aktual. Berbeda halnya dengan peristiwa demonstrasi ataupun pelantikan kepala daerah pasti dengan mudah wartawan akan cepat sampai dan mempersiapkan beberapa waktu agar Ia segera sampai pada lokasi tujuan peliputan. Begitu juga dengan peristiwa di daerah biasanya perusahaan pers memiliki kontributor yang bertugas untuk mengumpulkan berita sehingga berita tersebut dapat segera diserahkan ke perusahaan pers yang kemudian dapat disebarluaskan kepada masyarakat.

Kemajuan teknologi rupanya mempermudah dalam mendapatkan informasi berita yang dilakukan oleh perusahaan pers. Seperti jaringan akses internet yang mempermudah para kontributor di daerah  untuk mengirimkan hasil liputan mereka ke kantor pusat. Biasanya para kontributor tersebut terikat dengan perusahaan pers sehingga para kontributor tidak memiliki hak untuk memberikan hasil liputannya kepada perusahaan pers yang lain. Selain itu regulasi yang sukar dari perusahaan pers membuat seseorang mengalami kesulitan menjadi kontributor di perusahaan yang ia inginkan.

Citizen Journalism atau dikenal sebagai jurnalisme warga bisa menjadi solusi bagi seseorang yang memiliki keinginan untuk bekerja sebagai wartawan, dalam hal ini adalah kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan oleh masyarakat  dalam kegiatan pengumpulan, pelaporan, analisis serta penyampaian informasi dan berita. Jurnalisme warga juga dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan pers untuk mendapatkan berita secara aktual. Namun yang menjadi kekurangan dari jurnalisme warga adalah kurangnya sosialisasi mengenai dasar-dasar peliputan oleh perusahaan pers sehingga berita-berita yang disajikan warga (masyarakat) terkesan tidak menarik dalam penyajiannya. Kita ambil contoh saja ketika terjadi kebakaran disebuah pemukiman padat penduduk yang kemudian salah seorang warga mengabadikan lewat video dengan menggunakan telepon genggam sambil bergerak kesana kemari sehingga visual yang akan disajikan dimasyarakat akan terkesan monoton dan tidak akurat. Selain itu jika warga memiliki dasar mengenai peliputan, data-data yang didapat akan menjadi lebih akurat dan sistematis. Mengutip perkataan guru besar madya pada sekolah tinggi jurnalistik Missouri AS, Clyde H. Bentley menilai bahwa sebagian besar masyarakat tidak ingin menjadi jurnalis tapi mereka ingin berkontribusi secara nyata dengan menuliskan pikiran atau pendapat mereka tentang suatu hal.

Di Indonesia sendiri sudah sangat banyak fasilitas pendukung untuk menyebarkan hasil peliputan masyarakat biasa seperti jejaring sosial ataupun media blogging. Di dunia blogging atau dikenal dengan dunia maya, masyarakat dari kelas manapun dapat menyumbangkan pikiran serta pendapatnya di sana. Mulai dari informasi yang faktual hingga cerita dongeng sekalipun. Namun yang menjadi kelemahan dari media ini adalah nilai dari ketepatan informasi yang disajikan para blogger, sehingga masyarakat terkadang dibuat rancu dengan informasi yang ada. Kita ambil contoh saja sebuah artikel berita yang sempat menjadi buah bibir di media sosial tentang kisah “Seorang nenek pencuri singkong dan hakim hebat” dalam berita tersebut berkisah tentang kasus nenek pencuri singkong yang dibawa ke pengadilan oleh manajer PT. Andalas Pulp and Papper yang konon merupakan anak perusahaan dari Bakrie Group, dalam persidangan tersebut sang nenek divonis untuk membayar denda sebsar 1 juta rupiah atau hukum kurungan selama 2,5 tahun. Bagian inspiratif yang menjadi buah bibir dari kisah ini adalah ketika sang hakim yang memakai toga kemudian melepaskan toganya dan mengeluarkan uang sebesar 1 juta rupiah dan menjatuhkan denda setiap orang yang hadir dikarenakan membiarkan seorang nenek kelaparan hingga Ia terpaksa mencuri singkong.  Cerita tersebut rupanya pertama kali beredar di sebuah media Blogging masyarakat yang kemudian cerita inspiratif tersebit menyebar luas hingga media sosial. Padahal pada tahun 2011 sebuah media asing bernama snopes.com pernah memposting cerita tersebut. Namun dalam versi snopes latar belakang kisah tersebut terjadi di kota New York sekitar tahun 1930-an dimana sang nenek bukan mencuri singkong melainkan mencuri roti dari sebuah toko roti. Kesamaan kisah dan tokoh ini rupanya yang dicoba oleh penulis “nakal” untuk meningkatkan para pembaca agar membaca kisah ini. Namun yang disayangkan adalah nilai kebenaran dari berita tersebut yang dilupakan oleh masyarakat. Karna pada dasarnya seorang jurnalis dalam kaitan ini wartawan seharusnya memberikan informasi secara faktual sehingga berita yang disampaikan tidak membuat opini publik yang berlebih dan cenderung memberikan kesan memfitnah orang lain ataupun lembaga.

Seperti perusahaan sabun mandi atau pasta gigi, biasanya perusahaan tersebut memilki program Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap masyarakat dimana perusahaan tersebut memiliki program kesadaraan pentingnya kesehatan dimasyarakat sehingga pihak perusahaan memiliki hubungan baik dengan masyarakat, selain itu masyarakat menjadi tahu mengenai dampak yang ditimbulkan jika tidak menjaga kesehatan. Mencontoh dari perusahaan yang bergerak dibidang lain sebagai perusahaan pers seharusnya memiliki program CSR untuk memperkenalkan dunia peliputan seperti bagaimana proses jurnalisme warga bekerja dan tersaji secara baik serta tidak melupakan kaidah seorang jurnalis sebenarnya.  Sehingga berita yang disajikan tidak terkesan seadanya ataupaun mengada-ada.

Rupanya jurnalisme warga sudah menjadi trend dikalangan masyarakat. Aktivitas yang biasanya dilakukan oleh wartawan sekarang sudah dapat dilakukan oleh masyarakat biasa sekalipun, mudahnya akses internet juga mempermudah dalam melakukan aktivitas peliputan sehingga hasil liputanpun dapat segera diterima oleh perusahaan pers. Semangat jurnalisme warga ini yang seharusnya dijaga agar masyarakat juga dapat berperan penting dalam melakukan kegiatan jurnalistik. Salah satunya dengan memberikan ruang publik jurnalistik kepada masyarakat sehingga kegiatan jurnalistik pun dapat menjadi suatu kegiatan yang positif dan menyenangkan dimasyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun