Mohon tunggu...
Dika Mahendra
Dika Mahendra Mohon Tunggu... Programmer - Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Ordinary Person

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

E-Fishery Tersandung Kasus Fraud, Bagaimana Nasib Startup Akuakultur Di Indonesia?

18 Desember 2024   12:49 Diperbarui: 18 Desember 2024   12:49 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tambak Ikan dengan Perahu (Sumber: Unsplash/ Lucut Razvan)

E-Fishery, salah satu startup teknologi akuakultur terbesar di Indonesia, kini menghadapi tantangan besar. Dua pendirinya, Gibran Huzaifah dan Chrisna Aditya, telah ditangguhkan dari peran mereka oleh dewan direksi. Keputusan ini muncul di tengah penyelidikan internal yang sedang berlangsung terkait dugaan kasus fraud yang melibatkan isu tata kelola dan transparansi.

Sebagai langkah pencegahan, dewan direksi mengambil keputusan untuk menangguhkan kedua pendiri guna memastikan bahwa investigasi dapat berjalan lancar tanpa gangguan. Meskipun demikian, detail spesifik mengenai dugaan pelanggaran belum diungkapkan kepada publik. Langkah ini juga bertujuan untuk menjaga kepercayaan para pemangku kepentingan terhadap perusahaan.

Untuk menjaga operasional tetap berjalan, posisi CEO sementara dipegang oleh Suhendra Setiadi, yang sebelumnya menjabat sebagai Chief Operating Officer (COO). Selain itu, perusahaan juga menginisiasi restrukturisasi internal guna memperkuat tata kelola mereka. Upaya ini diharapkan dapat meredakan kekhawatiran investor sekaligus menjaga stabilitas pasar.

E-Fishery dikenal sebagai pelopor solusi teknologi bagi industri akuakultur di Indonesia. Dengan produk seperti alat pemberi pakan otomatis dan platform analitik berbasis data, perusahaan ini telah memainkan peran penting dalam meningkatkan efisiensi serta keberlanjutan di sektor perikanan. Namun, kasus ini memunculkan pertanyaan mengenai dampaknya terhadap ekosistem startup akuakultur di Indonesia. Jika tidak ditangani dengan baik, hal ini berpotensi mengguncang kepercayaan investor terhadap sektor agritech dan akuakultur, yang selama ini dianggap memiliki prospek cerah untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

Di tengah krisis ini, tantangan utama bagi E-Fishery adalah memulihkan reputasi serta kepercayaan publik. Transparansi dalam proses penyelidikan dan langkah tegas untuk mencegah pelanggaran serupa di masa depan menjadi hal yang mutlak diperlukan. Jika mampu melewati tantangan ini, E-Fishery masih memiliki peluang untuk kembali menjadi pemimpin di industri akuakultur Indonesia.

Kasus ini sekaligus menjadi pengingat pentingnya tata kelola yang baik dan transparansi di dunia startup. Terutama bagi perusahaan yang bergerak di sektor strategis seperti akuakultur, menjaga integritas operasional menjadi kunci utama. Kini, perhatian seluruh ekosistem startup dan investor tertuju pada langkah E-Fishery berikutnya: apakah mereka mampu bangkit dari krisis ini atau justru menjadi pelajaran pahit bagi startup lain di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun