Perkembangan memunculkan aliran ekonomi kelembagaan. Hal ini merupakan reaksi akibat ketidakpuasan terhadap aliran ekonomi neoklasik. Ekonomi Kelembagaan memandang ilmu ekonomi menjadi kesatuan dengan ilmu sosial, seperti psikologi, politik, sosiologi, sejarah, antropologi, dan hukum.
Penerapannya di Indonesia terjadi pada reformasi sektor keuangan pada akhir 1990-an yang melibatkan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk meningkatkan stabilitas ekonomi dan sistem keuangan.
Selain itu, kebijakan pertanian yang melibatkan Kementerian Pertanian dan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian dalam mengelola dan mengembangkan sektor pertanian Indonesia juga mencerminkan pendekatan ekonomi kelembagaan. Berikut akan disajikan beberapa pemikiran kelembagaan beserta relevansinya di Indonesia, yaitu:
Aliran Kelembagaan Lama
1. Pemikiran Thorstain B.Veblen
Salah satu pemikiran Veblen yang paling terkenal adalah teori konsumsi yang mencolok (conspicuous consumption). Teori ini menyatakan bahwa konsumsi barang dan jasa tidak hanya didasarkan pada kebutuhan, tetapi juga pada keinginan untuk menunjukkan status sosial.
Dalam masyarakat modern, konsumsi barang dan jasa mewah telah menjadi simbol status sosial. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya permintaan akan barang dan jasa mewah, seperti mobil mewah, rumah mewah, dan pakaian bermerek.
2. Pemikiran John R. Commons
Beberapa konsep penting yang diperkenalkan oleh Commons dalam aliran ekonomi kelembagaan lama yaitu Hukum, Kepentingan Bersama dan Peran Negara. Pemikiran ini menekankan pada peran penting pemerintah dalam mengatur kegiatan ekonomi, dan konsep kepentingan bersama serta peran negara masih menjadi faktor kunci dalam mencapai tujuan ekonomi yang berkelanjutan.
3. Pemikiran Wesley Clair Mitchell
Melalui karyanya, Mitchell memberikan kontribusi besar pada pengembangan penelitian ekonomi di Amerika Serikat, dan prinsip-prinsipnya dapat diterapkan dalam analisis kelembagaan ekonomi Indonesia.
Keberhasilannya mendirikan NBER menciptakan landasan bagi penelitian ekonomi empiris di tingkat nasional, dan pendekatannya yang tidak terikat pada teori tertentu dapat membantu mengidentifikasi peran kelembagaan dalam membentuk siklus ekonomi.
Pendekatan Mitchell terhadap siklus ekonomi relevan dalam konteks kelembagaan ekonomi Indonesia. Misalnya, analisis cermat data empiris dapat membantu memahami dan mengatasi siklus ekonomi Indonesia, dengan memperhatikan faktor-faktor kelembagaan seperti kebijakan pemerintah, peran bank sentral, dan dinamika pasar finansial lokal.
4. Pemikiran Clarence E. Ayres
Pemikiran ini menolak asumsi dasar teori ekonomi klasik, seperti rasionalitas sempurna dan pasar bebas, karena menurutnya, asumsi tersebut tidak mencerminkan realitas masyarakat.
Ayres menekankan kompleksitas ekonomi sebagai ilmu sosial, mendorong pentingnya mempertimbangkan faktor-faktor non-ekonomi seperti norma budaya, nilai sosial, dan interaksi sosial dalam analisis ekonomi. Pemikirannya menyoroti pentingnya konteks sosial dalam pemahaman ekonomi dan berkontribusi pada perkembangan aliran ekonomi kelembagaan yang lebih menyeluruh.
Contoh konkret dari relevansi pemikiran Clarence E. Ayres dengan kondisi saat ini melibatkan peran institusi, norma sosial, dan teknologi. Dalam konteks ekonomi modern seperti, perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan dan otomatisasi telah mengubah lanskap pekerjaan dan produktivitas secara signifikan.
Aliran Quasi Kelembagaan
1. Pemikiran SchumpeterÂ
Pemikiran Schumpeter bertumpu pada ekonomi jangka panjang yang terlihat dalam analisisnya, baik mengenai terjadinya inovasi komoditi baru maupun dalam menjelaskan terjadinya siklus ekonomi. Schumpeter berpendapat bahwa kewirausahaan adalah kunci pertumbuhan ekonomi kapitalis.
Schumpeter juga berpendapat bahwa inovasi dapat menyebabkan siklus bisnis. Keseimbangan ekonomi yang statis dan stasioner seperti konsep pada kaum ortodoks mengalami gangguan dengan adanya inovasi, gangguan tersebut berusaha mencari keseimbangan baru.
Aliran ini menekankan pentingnya peran inovasi dan kreativitas dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan juga menekankan pentingnya peran kelembagaan dalam mendorong inovasi.
Kelembagaan dapat berupa aturan, regulasi, atau tatanan sosial. Kelembagaan yang mendukung inovasi dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pelaku ekonomi untuk berinovasi. Contoh relevansi Pemikiran Schumpeter dengan perkembangan ekonomi dan bisnis di era modern, seperti perkembangan teknologi digital, perkembangan ekonomi kreatif, perkembangan kewirausahaan.
2. Pemikiran Gunnar MyrdalÂ
Myrdal dikenal dengan teorinya tentang "gunung es ekonomi", yang berpendapat bahwa ekonomi tidak hanya terdiri dari pasar dan pemerintah, tetapi juga institusi sosial dan budaya yang tidak terlihat.
Myrdal beranggapan bahwa bagi negara berkembang agar dapat menjadi negara maju diperlukan perencanaan pembangunan yang meliputi segala aspek. Yaitu aspek ekonomi, pendidikan, kesehatan, kependudukan, maupun sektor lainnya.
Myrdal berpendapat bahwa pembangunan ekonomi tidak hanya dapat dicapai melalui pertumbuhan ekonomi, tetapi juga perlu memperhatikan aspek sosial dan budaya. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi perlu dirancang secara holistik, dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang saling terkait.
3. Pemikiran John Kenneth Galbraith
Galbraith dikenal sebagai salah satu ekonom terkemuka abad ke-20 dan telah membuat kontribusi besar dalam pemikiran ekonomi, terutama dalam kritik terhadap pandangan ekonomi klasik.
Galbraith berpendapat bahwa pemerintah perlu memainkan peran aktif dalam mengelola perekonomian untuk mengatasi masalah-masalah ini. Pemerintah dapat menggunakan berbagai kebijakan untuk mengatasi kegagalan pasar, ketidakseimbangan pasar, dan inefisiensi pasar dan menstabilkan
perkembangan ekonom.
Contoh relevansi pemikiran ini yaitu masih ditemukan peran pemerintah dalam mengatur perekonomian dan menyeimbangkan pasar. Dengan begitu, tidak ada pihak yang dirugikan baik konsumen maupun produsen.
Aliran Kelembagaan Baru
Salah satu karakteristik utama Ekonomi kelembagaan baru adalah penekanannya pada aturan permainan ekonomi (lembaga-lembaga). Ronald Coase adalah salah satu tokoh penting dalam aliran ekonomi kelembagaan baru ini.
Gagasan utamanya, yang dikenal sebagai Teori Biaya Transaksi, membantu membentuk dasar Ekonomi kelembagaan baru. Coase menekankan pentingnya organisasi ekonomi dan berpendapat bahwa keputusan organisasi yang dibuat oleh perusahaan memiliki dampak signifikan terhadap alokasi sumber daya ekonomi.Â
Relevansi ekonomi kelembagaan baru di Indonesia sendiri beroperasi pada dua tingkatan utama, yaitu lingkungan makro yang disebut sebagai lingkungan kelembagaan (institutional environment) dan lingkungan mikro yang disebut sebagai kesepakatan kelembagaan (institutional arrangement).
Beberapa kelembagaan baru dapat mencakup inovasi di sektor teknologi, regulasi yang mendukung perkembangan bisnis, pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja, serta berbagai aspek lainnya.
Pemikiran aliran kelembagaan tetap relevan dengan perekonomian Indonesia masa kini karena aliran ini memberikan wawasan yang berharga tentang peran institusi dalam membentuk dan mempengaruhi perekonomian.
Dengan berfokus pada peran institusi dalam perekonomian, pemikiran aliran kelembagaan dapat membantu para pembuat kebijakan, peneliti, dan praktisi ekonomi untuk merancang kebijakan yang lebih efektif, mengidentifikasi hambatan ekonomi, dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H