Mohon tunggu...
Dika Fitrian Dwi Putra
Dika Fitrian Dwi Putra Mohon Tunggu... Freelancer - Normal Writer

Menulis sembari menyusuri kefanaan dunia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Embun Pagi yang Pergi

18 Maret 2021   13:21 Diperbarui: 18 Maret 2021   14:01 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hei, mau pergi kemana wahai embun?
Mengapa engkau begitu tergesa-gesa untuk menguap
Pagi masih sangat panjang kau tahu?

Jangan pergi!
Jangan menghilang!
Jangan tinggalkan aku!

Embun pagi yang ada di sana

Yang tergantung di pucuk-pucuk dedaunan
Yang berbaring mengantuk di atas tanah lembab akibat pagi
Yang duduk menunggu di atas pagar-pagar kayu
Yang menyelinap diam-diam di antara mimpi

Hey embun, kemarilah sini
Jangan pergi dulu
Pagi masih sangat panjang kau tahu?

Masih banyak yang belum engkau saksikan

Tahu goreng buatan ibu masih belum matang
Bubur buatan nenek hampir jadi sebentar lagi
Ayah masih belum pulang dari laut dengan ikan cakalang
Adik masih tertidur lelap di kamarnya yang berantakan

Embun pagi yang ada di sana
Masih banyak yang belum engkau saksikan
Keindahan pagi yang sederhana ini
Jadi, jangan menguap dulu ya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun