Eboni, atau lebih populer dikenal dengan nama “ kayu hitam Sulawesi”, adalah salah satu dari sekian banyak jenis pohon endemik wallacea yang telah lama menjadi simbol kekayaan hayati di Pulau Sulawesi.
Dengan dianugerahi oleh berbagai karakteristik istimewa, seperti teras kayu yang hitam elegan, pola serat kayu yang sangat unik, serta kualitas batang yang halus dan mengkilap. Maka wajarlah bila eboni disebut-sebut sebagai jawaranya kayu eksotis se Indonesia.
Karena jenis kayunya yang tergolong mewah (fancy wood) dan sangat artististik inilah, maka tidak mengherankan apabila pohon ini senantiasa diburu oleh para pembalak kayu. Tentunya untuk kepentingan industri kerajinan Furniture maupun pasar luar negeri. Akibatnya, keberadaan kayu ini pun menjadi kian langka di hutan alam. Dan jumlahnya terus menurun hingga kini.
Dalam sejarah timber trading di Indonesia, kayu eboni pernah dinobatkan sebagai “ raja kayu komersil “ pada rentang abad ke- 18 sampai dengan medio tahun 1990-an.
Ketika itu, kayu eboni marak diperdagangkan sebagai kayu mewah ke pasar-pasar internasional di sejumlah negara di dunia. Terutama di pasar kerajinan Eropa dan industri kayu Jepang dengan kisaran harga yang sangat menggiurkan.
Menurut perhitungan Kuhon et.al (1987), sebagaimana dinukil Kinho (2013), nilai ekspor kayu eboni pada saat itu bisa mencapai US $ 5000/m3. Kalau dirupiahkan hari ini, mungkin nilainya bisa mencapai 60-70 jutaan per meter kubik. Sebuah angka yang " sangat fenomenal" yang pernah disumbang dari sektor bisnis kehutanan di masa itu.
Dengan melihat harga jualnya yang teramat fantastis ini mungkin bikin sebagian orang bertanya-tanya, mengapa kayu eboni dihargai sedemikian mahalnya di pasar kayu dunia?
nah, jawaban yang menarik datang dari Rombe dan Raharjo (1982). Mereka mengatakan bahwa sebagian masyarakat di Eropa seperti Belanda, Inggris, Prancis, Jerman, dan sebagian Asia yaitu Jepang dan Tiongkok ternyata “ sangat tergila-gila “ dengan karakteristik fisik kayu eboni. Variasi garis, guratan serat, serta warna kayu gubal yang dimilikinya terlihat sangatlah memikat dan elegan.
Bahkan kalau di jepang, memiliki barang koleksi yang terbuat dari eboni akan meningkatkan status sosial seseorang di tengah masyarakat. Terlebih bila ia seorang pejabat atau mereka yang berasal dari kalangan atas. Bila menyimpan benda koleksi eboni, maka itu adalah suatu kebanggaan.
Bagi mereka, karakteristik fisik eboni dinilai sangatlah indah, istimewa, serta penuh estetika. Keindahan alami semacam itu tidak dapat djumpai pada jenis kayu lainnya. Bahkan, asal tempat kayu ini pun hanya ada di Sulawesi, Indonesia. tidak ada di tempat lain di belahan dunia manapun. Kelas awet dan kelas kuatnya pun berada di peringkat satu dalam semua aspek.
Dengan melihat berbagai fitur istimewa yang melekat pada eboni inilah yang barangkali membuat harga kayunya di pasaran menjadi sedemikian mahal.
Namun di balik segala karakteristik, nilai estetika, maupun harga selangit yang disematkan padanya, muncul pertanyaan mendasar : apa sesungguhnya kayu eboni itu?
Eboni, Simbol Eksotisme Indonesia Timur
Secara biologis, eboni pada dasarnya berasal dari marga Diospyros yang jumlahnya di dunia mencapai 500-600 spesies. Di Indonesia sendiri, tercatat sedikitnya ada 100 jenis kayu dari marga Diospyros di Indonesia.
Namun menurut Alrasyid (2002), yang dapat diidentifikasi sebagai penghasil kayu eboni hanya ada tujuh jenis pohon, yaitu Diospyros celebica Bakh., D.rumphii Bakh., D.lolin Bakh., D.pilosanthera Blanco., D.ebenum Koenig., D.ferrea Bakh., dan D.macrophylla Blume.
Menurut Peneliti BP2LHK Manado, Julianus Kinho sambil menukil hasil riset Alrasyid, mengungkapkan bahwa dari 7 jenis kayu eboni tersebut, terdapat dua jenis diantaranya yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dalam perdagangan, yaitu Diospyros celebica dan Diospyros rumphii.
Keduanya berturut-turut pertama kali dikenal sebagai “gestreept ebben” dan “Makasar ebben”. Kayu-kayu ini awalnya dieksploitasi dari beberapa kawasan hutan dari bagian utara pulau Sulawesi yaitu di Bolaang Mongondow, Gorontalo dan beberapa lokasi sentra penghasil kayu eboni dari Sulawesi Tengah seperti Palu, Poso, Dongala, Parigi, Moutong dan Toli-Toli (Kinho, 2013).
Keberadaan kayu eboni kini tengah menjadi perhatian di kalangan konservasionis dunia. Jumlahnya di hutan alam yang terus menurun memicu perdebatan agar spesies langka ini sudah sangat perlu dilindungi agar tetap eksis sebagai kekayaan hayati dunia.
Untuk itulah maka pada tahun 2013, Eboni telah dimasukkan oleh resolusi sidang IUCN (organisasi konservasi dunia) ke dalam Apendix II CITES (konvensi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam), yang artinya spesies ini hanya dapat diperdagangkan dalam batas tertentu, sehingga dalam proses pemanenannya harus mengikuti aturan spesifik terkait kuota yang diizinkan untuk diperjualbelikan.
Negara Indonesia telah ikut meratifikasi CITES tersebut dan melalui kementerian kehutanan telah ikut mengeluarkan regulasi pelestarian eboni melalui Permenhut No. 57/Menhut-II/2008.
Dengan berbagai dukungan peraturan inilah maka upaya perlindungan dan konservasi Eboni, baik oleh masyarat sipil maupun organisasi pemerintah, akan semakin kuat dalam konteks kolaborasi konservasi demi menjamin keberlangsungan kayu eboni agar tetap eksis dan lestari di bumi Sulawesi.
Konservasi Ex-Situ, Langkah Kecil Melestarikan Eboni
Mengingat semakin langkanya jumlah pohon eboni yang tersedia di hutan-hutan alam Sulawesi, maka perlu dilakukan langkah-langkah konkret sebagai upaya terakhir menyelamatkan spesies flora paling eksotis se-Indonesia ini.
Untuk itulah BP2LHK Manado sebagai UPT BLI Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menyikapinya dengan berbagai rencana strategis terkait konservasi Eboni. Salah satunya adalah dengan membangun sebuah lokasi konservasi secara ex-situ yang diberi nama “ Arboretum Kawanua “.
Arboretum Kawanua sendiri dibangun di atas lahan seluas 5.8 Ha dan merupakan kebun koleksi pohon yang berisi kurang lebih 50 spesies pohon dari berbagai jenis. Di arboterum inilah eboni dipelihara secara ex-situ sebagai upaya pelestariannya yang sudah sejak lama digagas oleh beberapa peneliti di BP2LHK Manado.
Adapun beberapa jenis eboni yang ada di Arboretum Kawanua antara lain Diospyros celebica Bakh., D.rumphii Bakh., D.lolin Bakh., D.pilosanthera Blanco., D.ebenum Koenig, dan satu jenis pohon eboni endemik Sulawesi utara, yaitu Diospyros minahasae.
Bila dibandingkan secara apple to apple dengan koleksi eboni di kebun raya Bogor yang merupakan kebun botani yang cukup besar di Indonesia, Arboretum Kawanua sedikit lebih banyak dalam hal koleksi eboni hidup.
Julianus Kinho, Peneliti Eboni BP2LHK Manado, mengungkapkan bahwa di Kebun Raya Bogor, terdapat 32 spesies Diospyros, dan hanya 4 jenis saja yang dikenal sebagai Eboni, yaitu D. celebica, D. Lolin, D. macrophylla, dan D. pilosanthera.
Sementara di Arboretum Kawanua yang dikelola BP2LHK Manado, terdapat 13 species Diospyros, dan ada 5 jenis diantaranya yang diidentifikasi sebagai Eboni, yaitu, D. celebica, D. rumphii, D. Lolin, D. pilosanthera, dan D. Ebenum.
Dengan perbandingan inilah, maka bisa dikatakan bahwa Arboretum Kawanua Manado berada satu tingkat lebih tinggi mengalahkan Kebun Raya Bogor terkait koleksi hidup eboni!
Di bawah ini akan diuraikan sedikitnya 5 jenis Eboni yang ada di Arboterum Kawanua Manado berikut masing-masing bentuk dan perawakannya berdasarkan buku hasil penelitian oleh Peneliti BP2LHK Manado, Julianus Kinho, yang berjudul “ Mengembalikan Kejayaan Eboni di Sulawesi Utara.
1. Diospyros philosanthera Blanco
Deskripsi Mofologi dari jenis ini antara lain; Pohon dengan tinggi 20-30 meter, diameter 73,2-120 cm, Batang mulus, kulit hitam,berlekah, batang tidak berbanir. Daun tunggal, duduk daun selang-seling, pangkal daun membulat, ujung daun meruncing, permukaan daun licin tidak mengkilap. Panjang daun 20.1 cm, lebar daun 9.4 cm, panjang tangkai daun 1.5 cm. Tepi daun rata percabangan baru keluar dari ketiak daun. adapun wilayah penyebaran yaitu di sekitar TWA. Batu Putih, CA. Tangkoko, (Bitung), Toraut, Pusian, (Bolaang Mongondow), Hungoyono, Tulobolo, (Bonebolango), dan Bohusami (Pohuwato).
2. Diospyros ebenum Koenig
Deskripsi Mofologi dari jenis ini antara lain ; Pohon sedang hingga besar dengan tinggi 15 m dengan diameter 20-30 cm, pola percabangan melingkar dengan internodes, Tekstur kulit mulus, coklat kehitaman, habitat tepi pantai sampai hutan dataran rendah 45 m dpl. Daun tunggal. Panjang daun 20.5 cm, lebar daun 10.3 cm, panjang tangkai daun 1 cm, permukaan daun licin, mengkilap hijau tua, belakang daun hijau muda cerah. Pangkal daun rata, ujung daun membulat, tepi daun rata, duduk daun selang-seling. Buah berbentuk bulat, licin, berstipula dengan diameter + 1.95 cm. Buah tungal, buah terletak di ketiak daun, buah berlokus 2 (dua). adapun wilayah penyebaran yaitu ; TWA. Batu Putih, TWA. Batuangus (Bitung, Sulawesi Utara)
3. Diospyros lolin Bakh
Deskripsi Mofologi dari jenis ini antara lain ; Pohon dengan tinggi 10-12 m, diameter 20-40 cm. Kulit batang hitam, beralur. Daun tunggal, duduk daun bersilangan, bentuk daun lanset, pangkal daun runcing, ujung daun runcing, tepi daun rata. panjang tangkai daun 0,9-1,3 cm. panjang daun 15,2-26 cm. lebar daun 5,4-8,8 cm. Permukaan daun hijau tua, mengkilap, khususnya pada daun muda, urat daun pada belakang daun tidak tampak. Habitat di lereng bukit dan pinggiran sungai. Tumbuh berkelompok, kadang-kadang dijumpai tumbuh soliter di perbukitan pada hutan dataran rendah. adapun wilayah penyebarannya antara lain ; Subaim, Halmahera Timur (Maluku Utara)
4. Diospyros rumphii Bakh
Deskripsi Mofologi jenis ini antara lain ; Pohon dengan tinggi 15-20 m, diameter 40-60 cm. Daun tunggal, duduk daun bersilang, pangkal daun runcing, ujung daun runcing, permukaan daun licin mengkilap, belakang daun hijau muda tidak berbulu, pucuk daun muda berwarna putih keperakan dan berbulu halus berwarna keperakan (silver), panjang tangkai daun 1 cm, panjang daun 20-21 cm, lebar daun 7,5-21 cm, tepi daun rata. Buah muda berbentuk bulat telur, buah agak tua kadang-kadang bulat. Kelopak buah membelah 3, kadang-kadang membelah 4. Panjang buah 4,6 cm. diameter buah 3,7 cm. buah berwarna hijau, permukaan buah terdapat bulu halus berwarna coklat. Dalam 1 buah terdapat 5-7 biji, ukuran biji 2,9 x 1,4 cm. buah bergetah bening agak lengket. Buah dimakan oleh burung kelelawar. adapun wilayah penyebarannya adalah di sekitar CA.Tangkoko, Danowudu (Bitung, Sulut), Talise (Minahasa Utara, Sulut), Pusian (Bolaang Mongondow, Sulut), Talaud (Sulut), Maluku Utara.
5. Diospyros celebica Bakh
Deskripsi Mofologi jenis ini antara lain ; Pohon lurus, tinggi mencapai 40 m dengan batang bebas cabang 10-21 m. Diameter pohon mencapai 100 cm, pohon berbanir dan tinggi banir 3 m. Kulit luar berwarna hitam,bagian yang berwarna merah muda putih, sawo muda. Kulit beralur banyak agak mengelupas kecil-kecil. Kayu gubal berwarna putih, merah muda, tebalnya 4,5-7 cm, kayu teras berwarna bergaris coklat atau coklat bergaris hitam, garis tersebut kecil sampai lebar. Bila dilihat penampang garis merupakan gelang melingkar. Susunan daun dua baris berselang seling, bentuk jorong (panjang 12-35 cm dan lebar 2,5-7 cm), tak berdaun penumpu; permukaan bawah daun berbulu melekat, warna daun hijau tua. Kuncup bunga hijau, bunga putih, buah muda hijau, buah merah kuning atau sawo berbulu. Buah berbakal biji 10, tetapi yang menjadi biji 2-8. Kulit biji tua berwarna hitam. Tumbuh pada ketinggian tempat 10-400 mdpl, tumbuh pada bermacam-macam tanah seperti tanah berbatu-batu, liat, berpasir.Tegakan mengelompok atau berpencar. Adapun wilayah penyebaranya adalah di sekitar Maros, Barru, Sidrap, Malili (Sulawesi Selatan), Parigi, Moutong (Sulawesi Tengah), Kalumpang, Tommo, Kalukku (Mamuju, Sulawesi Barat).
REFERENSI
Kinho, J. 2013. Mengembalikan Kejayaan Eboni di Sulawesi Utara. Balai Penelitian Kehutanan, Manado.
Kinho, et.al, 2013. 13 Jenis Eboni di Sulawesi Utara. Balai Penelitian Kehutanan, Manado
Kinho, J. (tanpa tahun). Eboni (Diospyros rumphii Bakh). Booklet Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Manado
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H