Jelang Piala AFF 2012, masalah persepakbolaan Indonesia tidak kunjung kelar malah makin bertambah. Biarkan saya mengingat permasalahannya satu persatu. Pertama kasus dualisme kompetisi nasional, yang kedua ditambah pula kasus dualisme kepemimpinan di federasi sepakbola nasional, yang ketiga ujung-ujungnya menjadi dualisme tim nasional. Ditambah lagi kasus indisipliner pemain tim nasional versi PSSI. secara awam dan dilihat dari sudut pandang saya yang sangat terbatas, maka mohon dimaklumi jika saya menganggap konflik persepakbolaan nasional ini semacam konflik perebutan pengaruh dan kekuasaan. Terlepas dari kasus indisipliner pemain. Berlarut-larut. Tidak ada pihak yang mau mengalah, merasa benar sendiri.
Tapi tunggu sebentar, coba kita tengok jauh dulu ke Italia sana, dengan masalah calciopolinya atau pengaturan pertandingan dan pengaturan skor, Italia mampu menjadi juara Piala Dunia 2006. Luar biasa bukan? mungkin saja masalah tersebut menjadi pelecut semangat para pemain Italia untuk membuktikan bahwa liga mereka memang layak ditonton, bukan karena calciopoli.
Tengok agak dekat ke asia barat, ada Irak yang negaranya dirundung oleh konflik dan perang namun tim nasionalnya mampu menjuarai Piala Asia tahun 2007. Hebat bukan? mungkin saja para pemain tim nasional Irak ingin membuktikan bahwa negara mereka adalah benar-benar negara yang kuat walaupun hampir porak poranda karena perang.
Namun lain Italia lain Irak lain Indonesia, masalahnya pun lain, semangatnya pun lain. Semoga saja Indonesia mampu jadi juara Piala AFF 2012. Namun tentu saja bukan untuk membuktikan bahwa "Federasi" sepakbola versi siapa yang benar dan "Federasi" sepakbola versi siapa yang salah. Kalau untuk para pemain saya yakin mereka tidak ada yang berpikir ke arah itu. tetap semangat para pahlawan Indonesia! siapapun kalian saya tetap mendukungmu. :-)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H